Thursday, December 30, 2010

BANCI!

Aku berkata benar, tapi telingaku menangkap bising busuk bersumber kamu. Aku ikut salah, karena dengan bodohnya menerimamu tanpa melihat dengan kacamataku. Sejujurnya aku tidak pernah mempermasalahkan ini sebelumnya, dan kamu berjanji bahwa tidak akan pernah menggangguku lagi.

Cukuplah tahun 2010 ini keburukan ditutup olehmu. Aku tidak mau berurusan denganmu lagi. Aku akan meninggalkan mereka yang mempertemukan kita, walau sulit tentunya.

Aku akan menganggap ini selesai, jika kamu tidak menjadi banci lagi.

Monday, December 27, 2010

Rencana Tuhan

Lagi kangen sama almarhum kakak saya yg paling gede. Ga kerasa udah 4 tahun lebih dia pergi, tapi baruuuuu aja tadi subuh dia dateng ke mimpi saya. Kalau 2 bulan yg lalu dia datang dan membiarkan saya menangis di pelukannya, tadi subuh ceritanya di mimpi saya terbangun di kamar rumah lama, dan di samping saya alm. kakak udah terbangun sedangkan abang masih tidur. Kakak menggunakan baju lengan panjang berwarna putih dengan bawahan warna krem kecoklatan atau mirip putih pudar. Pakaian tersebut sama seperti yg dipakainya dalam mimpi saya 4 tahun yg lalu, beberapa saat sebelum dia pergi. Hampir di setiap mimpi, dia menggunakan pakaian yg sama.

Dan tadi, jarang-jarang saya cerita tentang kakak ke temen tanpa cirambay. Atau waktunya aja kali ya, yg ga memungkinkan.

Rumah kayanya bakal lebih rame kalau dia masih ada, atau mungkin saya udah mau punya ponakan kali ya. Hihi..

Rencana Tuhan emang ga bisa ditebak. Kakak saya pergi diumur tepat ke 20 lebih 2 hari. Dan yg paling mengesankan, dia ga minta perayaan ulang tahun dengan makan-makan mengundang teman-temannya ke rumah, melainkan cukup baca Yasin sekeluarga, dan dia ikut baca walaupun dadanya sesekali terasa sakit. Subhanallah...

Ga tau ah, saya ga bisa nahan untuk ga nangis tiap kali nulisin dia. Emang dasar bungsu cengeng dan perempuan satu-satunya yg dulu sering dianter-jemput sama kakak.

Saturday, December 25, 2010

Ga Tau Kenapa

Kayanya saya udah keseringan nulis disini dengan diawali kalimat, “ga tau kenapa, blablabla....”.

Ga tau, kadang justru pada saat itu lah saya sedang bingung, dilema, galau, atau apapun itulah yang sejenis. Dan sama seperti sekarang, saya sangat ingin memulai tulisan ini dengan kalimat “ga tau kenapa”.

Dan ga tau kenapa, saya ingin nangis tiap kali ngerasain hal ini, rasa yg seharusnya udah aman, bukannya menjadi sesuatu yg memperburuk keadaan saya. Yah, walaupun terkadang saya juga senang menjadi galau, agar saya rajin menulis. Udah lama juga sih ya, saya ga cerita disini, beda sama waktu jaman-jaman SMA. Hahaha

Saya tau kalo terus melihat masa lalu sambil membanding-bandingkannya itu sangatlah menyiksa, terlebih kalau si sesuatu di masa lalu itu sangat keren. Tapi kalau saya terjebak terus dan ga bangkit, kapan saya bisa ngejar? Kapan saya bisa mengembalikan satu rasa walaupun tempat-waktu-orang berbeda?

Tangisan ga selamanya bencana. Dan sangat tau mengapa, saya ingin sekali menangis. 

Monday, November 22, 2010

The A Place

Tempat ini. Kiranya sudah lama aku tidak menginjakkan kakiku disini, dan duduk di sofa nyaman ini, dan tetap banyak membisu disini. Hal parah yang kuketahui adalah bahwa aku merindukan tempat ini. Aku merindukan suasana ini, penerangan sengaja minim agar terkesan remang-remang, dan suara musik yang terdengar di seluruh penjuru tempat ini. Aku merindukan orang-orang ini, walaupun telah banyak yang berganti, yang artinya orang-orang yang kurindukan tak banyak.

Mataku menjelajah setiap sudut yang dapat dijangkau mataku. Ketika pertama kali aku menginjakkan kakiku disini, seorang pria brewokan berambut gondrong sedang duduk di depan komputer yang kini digunakan oleh seorang lelaki yang umurnya beda tipis diatasku. Dari ruangan yang dulu bercat kuning-putih, yang keluar adalah seorang perempuan yang ternyata menjadi teman baikku, tapi sesaat yang lalu, yang keluar dari ruangan yang kini bercat merah-hitam, yang keluar adalah seorang perempuan seumuranku, dan dia bukan teman baikku. Eh iya, kulit luar yang melapisi sofa ini juga telah berubah, dari warna kecoklatan polos, menjadi kuning bintik-bintik warna lain.

Satu-persatu orang dari 4 tahun yang lalu datang, sekitar 3 orang sepertinya. Suasana pun semakin terasa seperti dulu, walaupun jelas berbeda. Lagi-lagi kepulan asap rokok tercipta dari seorang perempuan lulusan keperawatan salah satu universitas negeri favorit di Bandung. Oke, dan betapa dulu aku sangat mengagumi tulisannya, si perempuan cantik mungil dan sedikit agak nakal. Orang yang datang berikutnya adalah pacar si alumnus keperawatan yang anehnya dia sekarang tidak berprofesi sebagai perawat. Seorang anak band, yang dulunya pacar kakaknya temanku. Lelaki ini tinggi dengan kulit hitam-manis. Ah, betapa aku merindukan saat-saat canda tawa di masa 4 tahun yang lalu, bersamanya, bersama teman dekatku, dan bersama orang-orang yang tidak asing seperti sekarang. Dan orang terakhir yang datang adalah seorang lelaki, seumuran dengan kakakku yang paling besar. Ia masih tetap disini, sejak saat itu. Sayangnya kejantanannya semakin dipertanyakan, karna dulu ia tak seperti ini. Malang sekali.

Aroma segar tercium ketika ruangan bercat merah-hitam terbuka. Bau ini, sama sekali tidak berubah.

Sunday, November 14, 2010

Past and Future

Ini foto yang diambil bi bulan April 2008, seminggu sebelum ulang tahun saya di jaman kelas 1 SMA. Dan tau ga, saya abis nangis lho, waktu itu. Hahaha. Jaket yang saya kenakan pun bukan jaket saya, melainkan jaketnya Dery. Kebetulan hari itu saya pulang malam abis main sama anak-anak kelas, mulai Dago Pakar, Lembang, Subang, dan terakhir nganterin Sasha ke Margahayu bareng Dery sama Kiby.


Saya nemu foto ini di blog lama, karna sejujurnya saya sudah lupa menyimpan si foto ini di folder yang mana.

Entah deh, banyak yang ingin diceritakan, tapi ga bisa...
Satu yang saya rasa, dan saya sadari, bahwa kita ga bakal tau bagaimana kita di depan sana, karna di masa itu, tidak pernah terbayangkan saya akan menjadi seperti sekarang.

Eh iya, Indah Panda juga tercipta waktu jaman-jaman saya kelas 1 SMA, dan dari sanalah banyak orang yang mengenal saya dengan Indah Panda :')

Thursday, November 11, 2010

Filariasis Eliminasi at Kampung Rawabogo, Ciwidey

Sekitar 3 minggu yang lalu, saya dan 6 kawan lainnya dari kelas terpilih untuk mengikuti Penyuluhan Filariasis Eliminasi yang akan dilaksanakan di Kabupaten Bandung, khususnya Bandung Selatan. Seneng sih, menjadi salah satu orang yang terpilih, lumayan dapet pengalaman lebih cepet dibandingin temen-temen yang lain, berhubungan kami masih tingkat 1, which is baru 2 bulan kuliah.

Filariasis merupakan nama lain dari penyakit kaki gajah, yang disebabkan oleh caring filaria. Vektor atau media penularannya adalah melalui nyamuk. Pertama nyamuk hinggap dan menghisap darah seseorang. Pada nyamuk yang sudah terkena filariasis terlebih dahulu, ketika sedang menghisap darah, air liur nyamuk digunakan para larva filaria untuk masuk ke dalam tubuh, hingga lama-kelamaan berkembang kemudian tumbuh dewasa di dalam tubuh. Cacing dewasa kemudian tumbuh dan menghambat kelenjar dan saluran limfe.

Setelah keputusan dari pihak STIKES A.YANI dan DINKES Kab. Bandung, maka jurusan saya dapetnya ke Ciwidey maupun pelosok-pelosok yang ada di Ciwidey, dan saya kebagian di Rawabogo, wilayah paling pelosok yang kami kunjungi (artinya masih ada yang lebih pelosok lagi, tapi sepertinya tidak kami kunjungi). Awalnya saya bingung, dimana si Rawabogo ini berada. Googling di internet, yang ketemu cuma alamatnya aja ada dimana. Coba ngesearch buat gambar, yang ketemu ga banyak, ga nyampe 20 gambar kalau ga salah. Ini cukup jelas menandakan bahwa tempat yang akan saya kunjungi bukan tempat yang terkenal.

Pertama menginjakkan kaki di Puskesmas Rawabogo bersama 2 rekan dan 1 dosen pembimbing, agak kaget sebetulnya, karena kami datang di hari pertama. Ternyata ada kesimpang-siuran berita dan kesalahpahaman dari pihak kampus saya dengan pihak Puskesmas, dan ini juga yang saya herankan dari awal sehubungan dengan jadwal acara yang saya dapat sangat mengambang. SKIP.

Ketika datang, kami disambut oleh para petugas Puskesmas, ada bidan, perawat, ibu RW, ibu Kader, dan perangkat Puskesmas yang lainnya. Taunya salah satu dari kami langsung diajak ke salah satu RW bersama ibu kader. Di antara bertiga, Saya, Dewi, dan Ari, kami agak ragu untuk memutuskan siapa yang akan ikut dengan ibu kader. Hompimpa pun nyaris dilakukan. Tapi karena syukurnya kami masih punya malu, maka kami main tunjuk. Dan dosen pembimbing saya, Bu Nuri, langusng mengorbankan saya duluan. Oke, dan kita berpisah.

Saya dibawa ibu kader ke rumahnya yang kondisinya cukup memprihatinkan. Lantai rumahnya terbuat dari kayu, berbentuk agak panggung ala rumah adat Sunda jaman dulu, tapi tingginya sekitar 60cm. Memiliki jamban yang paling parah yang pernah saya lihat, yaitu di luar rumah dengan bertutupkan bilik, itu pun tidak ada pintu dan atapnyanya, alias terbuka begitu saja. WC pun tak ada. Dan airnya itu lho, entah sedang keruh atau ember tempat penampungannya yang kotor. Tapi ketika saya wudhu disana, ya sudahlah niat aja yang penting. Oh iya, yang paling shock adalah sesuatu yang terdapat di bawah lantai rumahnya bu kader, KANDANG AYAM saudara-saudari! Iya, jadi saya shock ketika keluar rumah sebentar, kemudian sebelum masuk lagi, saya melihat ada yang nongol-nongol dari retakan besar yang ada di bawah pintu masuk. Saya yang kebetulan lagi ga pake kaca mata, langsung memperdekatkan pandangan saya pada sesosok tersebut, dan jelaslah terlihat kepala-kepala ayam yang lagi ngintipin orang kota dateng. Huahahahaha

Kegiatan start dari jam 3 sore dan berhenti jam 6 sore. Jam 3.30, belum ada warga yang dateng ke rumah bu kader, yang ada hanya bu kader, bu bidan, dan saya sendiri. Ya udah deh saya ngegosip aja sama bu bidannya. Oh iya, satu pesan saya: JANGAN PERNAH BERBICARA SOK-SOKKAN SUNDA APABILA ANDA MEMANG BELUM TERBIASA BERBICARA SUNDA HALUS. Yah, bisa dibayangkan lah, pelafalan bahasa Sunda-Indonesia saya kemarin itu mirip-mirip Cinta Laura ketika melafalkan bahasa Inggris-Indonesianya. Dan itu terdengar sangat engga banget, maksa gitu lah. Dan akhirnya bu bidan dan bu kader memaklumi.

Kerjaan saya di rumah bu kader adalah memeriksa tensi darah warga dan membagikan obat-obat untuk mencegah kaki gajah, seperti DEC, Albendazole, dan Paracetamol. Karena hanya sedikit warga yang datang ke rumah bu kader, maka saya berinisiatif ngajak anaknya bu kader, si Eneng (panggil saja si Eneng, karna sesungguhnya saya lupa siapa namanya :p), untuk berkeliling ke rumah warga yang dekat untuk membagikan obat-obat tersebut.  Ga sih, sebenernya saya ga betah diem atau terus stay tanpa melakukan sesuatu yang berarti, jadi timbulah pikiran saya untuk keliling kampung sebentar.

Ketiga obat yang tadi disebutkan berdampak buruk apabila salah konsumsi, tapi itu merupakan dampak yang wajar, seperti mual dan pusing. Bukan dampak buruk sih sebenarnya, itu efek sampingnya. Dan menurut pengamatan saya dan si Eneng, para warga malas mengambil obat ke rumah bu kader karena efek sampingnya itu. Mereka terpengaruh berita di TV setahun yang lalu, yang memberitakan tentang orang yang meninggal setelah mengkonsumsi obat filariasis ini. Ternyataaaaaaa, setelah saya melakukan percakapan yang mendalam dengan warga dari rumah-ke-rumah, pada pembagian obat filariasis tahun lalu, mereka tidak diberikan penyuluhan tantang kapan sebaiknya obat ini dikonsumsi. Ah bagaimana pulak orang Dinkes ini!

Tahun kemarin, obat filariasis ini dibagikan kalau tidak salah sekitar pagi/siang hari. Para petugas yang memberikan juga tidak memberitahu kapan waktu mengkonsumsinya, sehingga banyak dari mereka yang meminumnya siang hari. Seharusnya obat ini diminum malam hari setelah makan, agar efek mual dan pusingnya itu tidak terasa. Begitulah. Bahkan ada balita yang setelah meminum obat ini, ia tidak sadarkan diri hingga malam hari. Ya ampuuuuun...

Maka dari itu dilaksanakan penyuluhan dan pemberian obatnya sore-sore.

Selesai solat magrib, saya balik lagi ke Puskesmas Rawabogo bersama bu bidan desa yang menemani saya di tempat bu kader. Ada yang lucu disini. Berhubung si ibu bidan baru ganti motor sama Vario terbaru, dia pun masih karagok makenya. Bu Bidan pun bilang, “Neng, Eneng aja ya yang bawa motornya. Ibu masih belum biasa, lagian si Eneng juga pasti punya kan, motor kaya gini di rumahnya. Hehe..”

Oke, dan saya yang bawa motornya si ibu, ngebonceng si ibu sampai Puskesmas, dengan posisi duduk ngakang karna lutut saya kepanjangan. Jadi motornya ini udah dikurangin panjangnya. Ya itulah, saya ga ngerti ngejelasinnya gimana, karna saya ga ngerti otomotif.

Sampai puskesmas sekitar jam setengah tujuh, dan udah sangat gelap karena penerangan yang minim. 2 rekan dan 1 dosen pembimbing yang juga disebar, telah sampai terlebih dahulu. Keadaan yang sudah mencekam menjadi semakin mencekam karna kami ditinggalkan hanya berempat di ruang tamu puskesmas dengan latar belakang suara kodok dan jangkrik. Maklum, pinggirannya masih sawah gitu. Keadaan diperparah oleh dosen pembimbing saya yang ternyata penakut, dan banyak mengorbankan saya, mulai dari mengunci pintu yang ternyata ga ada kuncinya, kemudian dijadikan orang yang terdahulu untuk masuk ke dapur puskesmas yang ga ada lampunya. Bisa dibayangin lah ya, kondisi horornya seperti apa. Dan tingkah si bu dosen pun bisa dimaklumi, karna jarak usia antara kita dan bu dosen hanya 4 tahun. Dia baru lulus D4 Kebidanan di kampus saya dan langsung ngajar.

Inti dari keseluruhan sih seru, tapi anehnya ga begitu capek. Satu sih yang agak disesalkan, pihak kampus saya kurang komunikasi dengan pihak puskesmas sebelumnya, sehingga kami tidak mendapatkan konsumsi hingga malam hari dan hanya disuguhin air putih anget aja. Tapi saya yakin, yang merasakan kelaparan pasti hanya kami yang kebagian di hari pertama aja, dan bersyukurlah mereka yang ga dapet di hari pertama.

 

Monday, November 8, 2010

Lagi, Ekspektasi dan Realita...

Aku tidak tahu mengapa semua ini terasa begitu rumit. Hal yang mulanya terlihat begitu normal, sekarang berubah menjadi gelap, bahkan pekat. Ini bukan abu-abu lagi, ini sudah jelas. Rotasi matahari sudah lebih dari 365 kali sejak saat itu, dan aku terbawa pada realitanya.

Realita bahwa aku sekarang disini.

Realita bahwa aku disini menari.

Realita bahwa aku disini bernyanyi.

Tarian duka, nyanyian pilu.

Ekspektasi hanyalah ekspektasi. Realita tidak bisa menuntut ekspektasi.

Sunday, October 31, 2010

Jadi Malu :p

Sempat beberapa kali terjadi kasus pada saya, misal si Kunyuk suka saya, saya suka si Gila, si Gila suka si Edan, dan si Edan suka si Rehe. Lucu ya, tapi saya ga bakal nyeritain yang bagian itu juga. Hihi...

Sebenernya ini antara kesel, seneng, dan tersapu malu juga sih, ada seorang cowo yang statusnya bukan siapa-siapanya saya, tepatnya orang yang telah saya tolak secara pelan, menuliskan sesuatu di Facebooknya. Mungkin karena FBnya saya block, dia bisa menuliskan nama saya seenaknya disana. Padahal saya masih punya account untuk mata-matain dia. ckckck

'Selain Indah... Ga ada cewek cantik berjilbab di dunia ini!'

Aiiiiih, jadi malu.Agak kesel sih sebenernya, soalnya sekitar sebulan yang lalu dia mengirimkan SMS ke saya yang intinya dia marah karna ketauan saya ngeblock FBnya, dan bilang, "Gue ga bakal ganggu kamu lagi. Anggep aja mimpi buruk kamu kenal sama yang namanya B****" Sebentar, perlu diralat ya, gue ini BUKAN wanita berjilbab. Ya, silahkan definisikan wanita berjilbab itu seperti apa, tapi saya lebih setuju kalau dikatakan wanita berkerudung.

Semenjak dia sms itu, bener aja ga ganggu. Tapi barusan, tepatnya beberapa jam yang lalu, dia miskol ke nomer saya. Hmmm, ga ganggu ya?

Kasus saya sama dia pun sudah tercipta dari sekitar bulan Mei, jaman-jaman ulang tahun radio kondang Bandung, dan itu sampai sekarang. Bahkan dia sempet jadian sama cewe lain dengan alibi biar saya jealous. Tapi HEI! Saya disini saat itu sama sekali ga peduli sama anda, karna niat anda jelek. Sebagai cewe, jelas dong saya ga suka niatnya karna dia akan menyakiti perasaan cewe lain itu, yang kata mata-mata saya sih, cewe itu not to be good lah. Dan gimana saya mau jealous?

Mungkin saya terbaca agak sensi padanya, karna cara baik-baik malah membuatnya makin gencar sama saya. Dan jaman-jaman radio kondang itu baru ulang tahun juga, nama gue cukup eksis di radio tersebut. Mungkin kalo yang suka denger dan saya kasih tau inisialnya B, pasti bisa langsung tebak siapa orangnya. 

Oke, berhubungan dengan paragraf pertama, saya tiba-tiba jadi heran sendiri. Saya ini orang yang setia dalam hal mengeceng, dan hal yang baru saya sadari, para pemuda yang sempet ngecengin saya juga orang-orang yang ga gampang berpindah hati dari saya, seriusan. Tapi malangnya mereka, dari yang ngecengin berbulan-bulan padahal udah nembak, sampai yang keitung tahun, hampir ga ada yang berhasil macarin saya. (Aduh punten yaaaa, maap kalo baca. hehe..). Mulai dari tetangga baru waktu baru pindahan, senior SMA, beberapa rekan SMA yang maap-maap saya sadisin sampe ada yg saya ajak pura-pura pacaran aja karna saat itu saya lagi galau antara nerima atau balikan sama mantan sialan itu, anak kampus tetangga SMA, dari dunia maya juga sempet beberapa, sampai 2 kali kena gosip cinlok dari radio kondang itu. Eh-eh-eh mau sombong, saya juga pernah dikecengin anak PERSIB juga lho, jaman kelas 1 SMA gara-gara saya suka main ke mess PERSIB. Tapi si akang itu bukan pemain eksis sih, dan di PERSIB cuma satu putaran karna mainnya butut. Dari sana saya tau, kalau pemain sepakbola itu kebanyakan player dan jago gombal, serius!

Ah curhatnya melenceng, baca aja blog jaman dulu saya di Minang-Sunda. Aduh maap ya kalau baca dan agak risih sama gaya bahasanya (yg mungkin ga beda jauh sama gaya curhat disini), kalau berniat membaca cerita sebelumnya klik aja older post. Ternyata saya banyak pengalaman di jaman kelas 1 SMA. hahaha 

Sedikit klarifikasi sih ya, saya ini bukan tipe cewe gampangan atau gampang jatuh cinta yang doyan gonta-ganti pacar, jadi mantan-mantan saya juga bisa keitung.  Saya tidak melihat seseorang dari tampang atau hartanya, tapi saya membiarkan hati saya yang menilai, membiarkan hati saya yang memilih. Sempet ada yang lucu, baik, perhatian, anak yang punya hotel di perbatasan Bandung-Cimahi, punya show room mobil, tapi saya tolak karna saya ga bisa. Dan saya dibodohi teman-teman dekat saya saat itu. Masa bodohlah.

Kalau sekarang?
Ga tau nih ada yang ngecengin saya apa engga. Masalahnya hampir dari semua yang ngecengin saya, mereka-mereka itu adalah orang baik-baik yang pemalu. Sampai kemarin pun, ketika ada kumpul buat mahasiswa yang kepilih ikut penyuluhan Filariasis Eliminasi untuk beberapa kecamatan di Kabupaten Bandung Barat, si temen deket saya ceplos aja bilang,
"iiiih itu yang pake jaket belang-belang lucu!"
"Mana?" tanya saya.
"Itu yang disebelah. Kayanya kalem gitu orangnya."
"Kalem dari mana orang kemarin dia maceuh gitu waktu bagi-bagiin questioner di hotspot!" bales saya sewot.
"Oooooh, berarti kalem gara-gara cewe sekarang mah."
Dan saya sepertinya sudah tau perbincangan ini mengalir ke arah mana dari si gadis yang berkemampuan ga biasanya itu.

Ketika di saya dibonceng olehnya di motor ke arah Padalarang menuju rumahnya, si temen saya ini heran-heran sendiri di motor.
"Aneh ih Beh..." ucapnya.
"Kenapa?"
"Emangnya kita aneh ya, ko orang-orang pada ngeliatin kita?"
"Aneh apanya? Emangnya pada ngeliatin gitu?" tanya saya datar.
"Iya banget tau! Biasanya gue lewat sini mah ga apa-apa ko."
"Oh ya? Ga tau tuh gue mah ga ngerasa. Kan mata gue bolor dan ga pake kaca mata. hahaha!"
"Ooooh gue tau! Pada ngeliatin elo tuh Beh..."
"Iya gitu?" seriusan, disini saya bener-bener ga sadar dan ga merhatiin.
"IYAAAAAA!"

Dan menurut penelitian temen-temen deket saya di kelas maupun yang ga deket, saya itu menggoda kalau ga pake kacamata. Haha, sialan. Dan ada yg kubu orang yang mendukung saya pake kacamata dan ada kubu yang tidak mendukung. Ketika mereka beradu argumen, saya pun menengahi, "Oke, TANGGUNG JAWAB YA KALO GUE BODOH GARA-GARA GA PAKE KACAMATA!" Kubu pendukung saya pake kacamata lah yang menang.

Kenapa ga pake softlense?
Karna masih anak baru dan KHUSUS di jurusan saya ga boleh ada yang gagayaan berlebihan termasuk menggunakan softlense, jadi mungkin saya akan menunggu waktu sampai tiba saatnya saya mencari jodoh. Hahaha.... Jadi saya menargetkan, jatah orang boleh macarin saya maksimal 2-3 orang lagi hingga akhirnya saya menemukan si belahan jiwa. Aih getek ngomonginnya. Yah minta doanya saya agar tidak terjadi orang ke-3.

Tuh kan, curhatnya berlebihan dan ga nyambung. Maap ya, ini kan salah satu tulisan  dalam rangka 'semua terekam tak pernah mati.' :p

Btw udah lama ga berhijau ria di sini, setelah yang terakhir kalinya mungkin 3 tahun yang lalu :)

Ah, Midwife..

http://catatancalonbidan.multiply.com
Ini adalah blog saya yang terakhir lho, untuk saat ini tepatnya. Oke, di sini saya ga bakal banyak curhat kaya di pandaminnank, dan akan mencoba memasukkan materi/bahan ajar/tugas saya di kampus yang katanya paling bagus sejabar untuk STIKES, jadi semoga postingan-postingan saya disini bermanfaat.

btw saya bangga kuliah di STIKES A.Yani, soalnya selain canggih, banyak orang-orang dinkes yang memuji kampus saya ini. Jadi uang bukanlah jaminan untuk masuk kesini, tapi ilmunya itu lhoooo...

udah ah ngawur. silahkan mampir :)

Sunday, October 24, 2010

Lagi terharu nih

Saya sangat jarang menyadari kebaikan apa saja yang telah diberikan oleh kedua orang tua saya selama ini. Dan ketika saya masuk kuliah, mengambil jurusan untuk menjadi profesi yang sama dengan mama, dan saya pun menyadari betapa hebat dan kerennya mama, dengan pengorbanan-pengorbanannya.

Aduh ga tau deh, beneran lah orang tua itu paling ga bisa liat anaknya menderita, paling ga bisa kalau anaknya kekurangan, paling ga tahan kalau anaknya nangis. Simpel tapi jarang sekali diucapkan, i love you mom-dad J

Monday, October 18, 2010

Bibeh

Saya suka ga rela kalau ada sembarang orang yg memanggil saya dengan Bibeh atau Bibah yg diambil dari kepanjangan nama saya, Habibah. Pernah suatu waktu di jaman SMA saya menuliskan di Plurk, "Ga suka sama orang yg asal manggil saya Bibah." Komen pun bermunculan.

Dan komen yg saya ingat yaitu dari Tresna: "Kenapa? Bibah kan panggilan sayang kita buat kamu..." Yang dimaksudnya adalah panggilan sayang gengong saya jaman SMP. Halah, ABG dasar, main genggong segala. Hehe..

Saya pun bilang pada Tres yg intinya, karna panggilan sayang itulah, saya ga suka dipakai oleh sembarang orang. Hanya orang-orang yg nyaah pada saya lah yg boleh menggunakannya. Jadi teringat jaman SMA, ada beberapa lelaki yg memberikan lagu 'I Love You Bibeh' pada saya, dan saya ga ngelarang karna mereka tidak menyalahi aturan.

Dan di masa sekarang, ada satu teman dekat saya yg dari awal ketemu langsung deket dan manggil saya Bibeh. Saya pun kaget, bisa-bisanya dia asal sebut nama saya Bibeh. Saya pun menjelaskan, kalau Bibah atau Bibeh itu panggilan kesayangan sahabat-sahabat saya terdahulu, dan si teman baru ini pun memutuskan bahwa Bibeh adalah panggilan sayangnya buat saya. Oke, saya terima.

Beberapa hari yg lalu, Fitry, yg manggil saya Bibeh itu, manggil-manggil Bibeh terus buat minta tolong absen. Dan tau ga, saya tiba-tiba murka sendiri ketika ada teman lain yg ikutan "Beh-Beh" gara-gara Fitry memanggil berulang nama saya dengan BEH. Ketika saya ceritakan pada Fitry tentang orang yg lancang memanggil 'Beh', dia pun ikutan murka di depan teman-teman dekat lainnya, "apa-apaan ih ikutan panggil Bibeh. Yang boleh panggil Bibeh kan cuma aku doang. Ga rido ah, pokonya...!"

Jadiiiii, buat yg pengen panggil saya dengan Bibah, siapa pun orang itu harus sudah memiliki ikatan batin atau ke-klik-an dengan saya, karna itu adalah panggilan yg disakralkan oleh para pemanggil terdahulu di masa lalu. Kalau ga salah, pencetus Bibah itu adalah entah Yogi, Rizal, atau Abil di jaman SMP. Ah masa itu, sudah 6-3 tahun berlalu...

Sunday, October 17, 2010

Lapeeeeerr...

Ini mirip seperti dulu, aku di tengah-tengah kerumunan orang-orang di dalam sebuah gedung, dengan teman-teman dekatku. Hanya saja ini berbeda, beda orang dan beda tempat. Tempat ini masih asing bagiku, untungnya mereka, para teman dekatku, sepertinya akan terus menemaniku disini.

Hati.
Ini bukan paksaan, dan tidak juga terpaksa. Aku tidak pernah berharap lebih disini, untungnya lagi.

Dan aku lapar.

Friday, October 15, 2010

Tong Sampah

Aku tahu bahwa setiap orang memiliki problematika yang berbeda. Dan dari problematika itu bobotnya tentu berbeda juga. Tapi tolong lah, memangnya kamu saja yang memiliki problematika yang rumit sehingga kamu tidak memperdulikan sahabatmu yang tak kalah dalam kesulitan? Oh maaf, sepertinya bukan sahabat lagi, ini terasa lebih rendah.

Kamu, si nona sok complicated, yang ingin selalu didengarkan, cobalah sesekali mendengarkan. Jujur saja aku sudah muak dengan tingkahmu, sejak beberapa waktu yang lalu. Memangnya kami adalah tong sampahmu yang setiap kamu bersedih, kamu membuangnya pada kami?

Rendah sekali kamu. Bersyukurlah karena masih mempunyai orang-orang ber-tong-sampah, seperti aku di masa lalu.

Jelas bahwa kamu bukan sahabatku, walaupun kamu menganggapku sahabat.

Thursday, October 14, 2010

Jiwa

Jiwaku bukan disini, tapi raga ini berdisi disini, dengan orang-orang ini. Ini di luar keinginanku, bahkan aku tak pernah berharap akan seperti ini. Tidak merugikan memang, tapi jiwaku disana.

Bayangkan, ketika jiwamu berteriak-teriak disana sedangkan ragamu membeku disini. Apa yang kamu rasakan?

Ayahku berkata, "bukan lingkungan yang menyesuaikan denganmu, tapi kamu yang harus menyesuaikan dengan lingkungan."

Gay, not my past

Malam terlalu cepat berlalu, matahari terasa lama beraktivitas disini. Sebenarnya bukan karena letak geografis aku berada yang mempengaruhi aktivitas siang dan malam, tapi aku tetap di Indonesia, hanya saja aku berhasil menghabiskan, bahkan hampir tidak merasakan gelap, karena tidur nyenyakku barusan. Dari 12 jam waktu gelap, hanya 1 jam mataku terbuka sipit dan agak bengkak seperti panda China. Dan seperti biasa, kalau si BB ga diurus selama itu pasti banyak broadcast message yg masuk, dengan sms dan telepon tak terjawab yg tak kalah banyak. Ihiks, gini nih jadi orang yg sok-sokkan ga mau cerita.

Sore ketika aku masih di kampus, ada lelaki yg kubenci mengirimkan pesan padaku. Intinya dia ngamuk-ngamuk ga jelas. Ralat. Agak jelas juga sih, karena aku telah membuat dia diputusin pacarnya. Aku sih, awalnya cuma ngakak doang, dan beberapa saat kemudian terjadi isakan bombay dari diriku. Entah karma itu ada atau tidak, kejadian berikutnya adalah aku melihat dengan mata kepalaku sendiri bahwa pacarku lagi makan suap-suapan sama si cowo ngondek yg suka iseng menggangguku. Bagosh!

Pulangnya aku agak menangis di motor, pengaruh mata yg iritasi akut terkena polusi mata dengan vitamin mata yg sering lupa kulahap. Lucu ya, nangis di motor. Dan salah satu sms yang tak kalah lucu adalah, 'Hei, tadi gue liat lo mewek di motor. Maaf ya, gue ga ngasih tau kalo cowok lo ternyata gay."

SMS tersebut cukup membuatku ngakak di pagi hari. Selain pastinya dia menyangka aku tidak membalas SMS atau teleponnya karna aku benar-benar ingin sendiri, dia juga pasti telah menyebarkan apa yg terjadi denganku pada teman-teman yg lain, buktinya hampir semua teman dekatku menanyakan keadaanku. Aku menangis di motor karna iritasi. Aku tidak menjawab pertanyaan yg banyak itu karna aku tertidur, kecapean.

Oke, cerita apa yg harus aku siapkan saat bertemu mereka beberapa saat lagi?

Friday, October 8, 2010

Tuh kan, curhatnya melenceng

Lagi terharu nih, ihiks...

Setelah berkutat dengan tugas menggila yg ternyata hasil browsing 3 jam saya mengatakan bahwa DOSEN SAYA SALAH BIKIN MATERI, saya yg semenjak BB rusak jarang buka twitter, barusan iseng saya ngecek si akun punya saya itu. Ada mention yg sangat mengharukan, sebuah bukti bahwa saya masih dihormati dan dihargai oleh rekan-rekan jaman SMA sebagai seorang mantan ketua kelas yg sok iyeh sok tegas dengan ke-sok ide-ide yg sering diterima mereka. Ga SOK juga sih, saya hanya memberikan apa yg saya bisa kembangkan pada mereka.

Isi beberapa mentions tersebut intinya teman-teman sekelas 3 SMA ngajak kumpul temu kangen gitu, dan salah satu peran saya sebagai mantan ketua mereka alhamdulillah masih melekat, yaitu mengatur dan merencanakan acara. Dari beberapa waktu yg lalu, mereka terus menanyakan dan mengkonfirmasikan ide-ide mereka hingga persetuan dari batin saya keluar (ah subjektif sekali diri gue!).

Kompak.

Kenapa saya terharu? Karna saya merasa masih dihargai. Dan sebagai wakil ketua mahasiswa di kelas yg sekarang, saya tidak menemukan kekompakkan, bahkan dari ketua mahasiswanya sendiri. Jadi ceritanya ada geng sok gahol padahal ga tau apa-apa tentang Bandung beserta tempat menghedonnya yg asik. Mungkin tau kali ya, tapi lebih ke sok tahu, termasuk si ketua mahasiswa ini. Dan tau gaaaa? Kerennya karna keseringan kalau ada apa-apa saya yg turun tangan dan berkoar-koar di depan kelas, teman-teman selain geng sok gahol itu kalau ada masalah ngadunya ke saya. Sempat saya bertanya pada salah satunya, "lho, ko ga ngomong sama KM langsung sih? heuheu..." dan si teman saya menjawab ga mau dengan bahu yg diangkat berulang, yg keliatannya ogah.

Disini saya hanya membandingkan. Entah deh apakah saya akan mengambil jabatan yg sudah melekat sejak masuk SMA itu. Tapi sejujurnya jadi wakilnya ketua itu enak lho, ga seribet yg saya alami waktu SMA. Tapi kalo ketuanya kaya ketua mahasiswa saya sih, emmm... mending saya ambil alih aja deh. Tunggu ya, nona sok gaholnista, seleksi alam sedang terus berlangsung. Dan gilanya saya udah ada rencana buat bikin geng sok gaholnista itu malu sendiri, karna tingkah mereka. Sejam yg lalu saya ngakak sendirian di kamar, di menjelah subuh, karna terpikirkan hal yg sebenernya ga penting, tapi penting buat pelajaran mereka. Huahaha...

Wednesday, October 6, 2010

Holla :)

Heran deh, heraaaaaaaannn...
Saya sejujurnya ga ngerti, kenapa semenjak menginjakkan kaki di SMA, saya selalu didekatkan dengan orang-orang yg berkemampuan lebih. Pernah saya menuliskan tentang bakat-bakat mereka satu persatu beberapa bulan yg lalu disini. Nah kalo temen deket baru ini ngakunya cuma bisa liat makhluk aja. Serunya lagi, si temen ini bisa saya tanya-tanya tentang keberadaan makhluk di tempat yg dicurigai.

Kemarin siang saya langsung SMS temen deket SMA tentang ini.
"Kenapa ya, aku deketnya sama orang-orang yg kaya kamu mulu?"

Dan si temen bales, "biarin dong, rejeki tau."
Iya sih, rejeki. Bisa mengingatkan kita agar lebih berhati-hati dalam tindakan.

Dan keanehan teman baru saya ini adalah: sering merasa panas, padahal kita lagi di tempat yg sejuk, bahkan ketika di BEC dia kipas-kipas sendirian. ckckck...
Karna penasaran, saya langsung sms si temen SMA, menceritakan gejalanya. Temen saya pun bilang kalau orang sejenis mereka merasa kegerahan, tandanya ada yg ikut nimbrung. Dan saya menyadari keanehannya ini dari kemarin sore, di kampus. Untungnya barusan pas main ke rumah saya dia ga ngeluh kegerahan.

Yah, selamat datang teman baru yg berbakat :)

Tuesday, October 5, 2010

Apa sih

Ga tau kenapa saya suka males nulis disini kalau ga lagi galau. Sekarang aja nulis disini bukan pengaruh galau atau kegirangan yg girang banget, tapi karna saya lagi ga ada kerjaan ditengah-tengah teman-teman saya yg sedang asik sendiri atau masing-masing. Mungkin (ga deng, pasti) terbaca curcol, tapi ya gimana. Kalau udah pulang ke rumah pasti saya udah kecapean dan udah males nulis lagi karna jadwal kuliah yg nyaris ga ada bolong.

Kalau jaman SMA sih, sahabat-sahabat saya pasti udah ngerti, kalau saya diem artinya saya lagi ga enak bodi atau sibuk sama dunia maya.

Udah ah, mau ngegalau tapi galau itu ga bisa dipaksain, karna bagi saya sendiri itu bisa mempengaruhi hari hingga malam.

Sunday, October 3, 2010

Jangan Bosan untuk Datang Kembali

Saya merasa sangat bersyukur karena tadi malam memimpikan almarhum kakak saya. Awal mula cerita terekam samar dalam memori mimpi, yyang jelas disana kakak saya ceritanya jadi arwah gitu. Ketika saya sedang bersedih, tiba-tiba saya almarhum kakak saya itu muncul. Rasa kangen setelah lebih dari 4 tahun ga ketemu pun membludak, membuat saya spontan memeluk kakak saya itu sambil menangis sambil berkata, "kangeeeen..." Rasanya tadi itu begitu nyata, saya bisa merasakan menyentuh tangannya, bukan dalam ilusi seperti biasanya.

Akhir-akhir ini saya suka mikir, oh ternyata saya punya seorang kakak laki-laki lagi di masa lalu toh. Mungkin saya sudah agak melupakan kakak kesayangan yg satu itu, dan saya sangat berterimakasih kepada Allah karena telah mempertemukan kami di alam mimpi. Saya beneran kangen. Dan music yang saya play secara random di pagi hari adalah You're Not Alone nya Michael Jackson. Entah mengapa saya merasa itu lagu yang kakak saya berikan untuk saya.

Ya Allah, tetap lapangkanlah kuburnya, dan tetap berikanlah tempat yang paling nyaman untuknya, karena kami semua sayang padanya. Amin.


Friday, October 1, 2010

Butuh Ngobrol

Sebenernya yang paling utama di malam ini adalah, saya lagi butuh temen ngobrol-apapun itu. Saya keseringan suka ga bisa ngelampiasin kelabilan saya sendirian, jadi bawaannya ceuriiiiiiik aja, kaya barusan. Ga keitung udah berapa kali nangis. Hahaha

Demi bisa ngobrol sama siapapun, maka orang pertama yang saya tekan nomor teleponnya adalah Kodok, yang udah pindah ke Jogja. Dan ternyata nomernya ga bisa dihubungi. Bagoooooss... Selanjutnya saya memencet nomor Meila, dan bagosnya lagi, HP nya sama-sama ga aktif. Karena takutnya GSM ato HP saya yg ngaco, saya pun mencoba miskol ke orang yang ga saya butuhkan, DAN NYAMBUNG!

Nama sahabat berikutnya yang saya hubungi adalah Muthia, dan sama saja ga masuk. Begitu pun dengan April. Sepertinya ada kelainan atau mungkin si operator sedang sensi sama saya, jadi aja sayanya dibikin makin kesel dan makin pundung dan makin nangis. Nomor terakhir pun jatuh pada sepupu saya di Padang, dan nyambung! Mejik sekali saudara-saudari. Sebenarnya saya tidak berniat meneleponnya, tapi berhubung saya ingin ngobrol apa saja agar bisa sedikit tenang, maka saya meneleponnya.

Sepanjang percakapan, si sepupu saya ini ga sadar kalo saya masih agak nangis, untungnya yg cerita banyak adalah dia. Saya ga cerita ada apa dengan saya, karena itu bukan porsinya. Sehabisnya pulsa dan telepon mati, ada hal yg membuat saya kembali menangis, saya pun smsan sama Kodok, aneh dan bagusnya langsung delivered. Disini saya janji ga nangis lagi. Ah tapi hanya janji palsu. Huahahaha, maaf ya.

Udah ah, ini mah curhatnya ga asik.

Wednesday, September 29, 2010

mengapa ini terasa begitu dalam, dalam sekali...

Past

Masa lalu, gabungan dua kata yang apabila didalami..., entah, ternyata aku telah terjatuh terlalu dalam. Ini begitu menyayat, hingga mataku berlinang. Terkadang sesuatu yang dulunya indah itu bisa membuat tangisan di masa depan, kerinduan yang sangat menggebu menjadi abu. Syukur terucap, tetap hati miris.

Indah disana berbeda dengan disini. Ada kemiripan, hanya saja keindahan yang satu disini agak menyayat, karena masa itu tak akan terganti, mungkin nantinya masa kini pun begitu.

Let the past be the past.
Ya sudah lah, indah disana masih menanti.

Sunday, September 26, 2010

Rest In Peace, My Dearest Auntie

Rasanya baru kemarin saya ketemu beliau, hampir 2 minggu yg lalu, di kampung halaman. Kondisinya sehat, walaupun badannya udah mengurus berkilo-kilo dari setaun yang lalu saya pulang. Beliau adalah salah satu tante kesayangan saya, yg perhatian sama saya, yg selalu menyediakan dendeng balado dan rendang yg maknyos, yg mana anaknya pun dekat sama saya. Dan semua planning saya buat refreshing setelah ospek seru-seru-cape pun (bukan dengan terpaksa) saya batalkan. 

Saya baru tau kabarnya sekitar jam 11.30 barusan, padahal beliau pergi jam sembilan pagi. Entah apakah feeling atau bukan, di tulisan sebelumnya, tepatnya malam tadi, saya merasa sangat tidak nyaman.

'Ini bukan galau, tapi malam minggu abstrak.'
Itulah tulisan di penghujung blog. Seharusnya setelah 3 hari OSPEK dari jam 5.30 subuh dan berakhir selalu hampir jam 7 itu, saya segera tertidur pulas setelah sampai di rumah jam 8 malam. Tapi entah mengapa, telinga saya terasa begitu menggema, kepala saya terasa ngilu, saya ga bisa tidur, ga tenang. Dan terjadilah waktu sekarang...

Singkat saja, saya mohon doanya agar beliau diberikan tempat yg paling nyaman di sisi-Nya, semua amal ibadahnya diterima oleh-Nya. Amin.

Alfatihah..

Saturday, September 25, 2010

Satu tetes juga cukup

Saya beneran butuh nangis, walaupun setetes. Perasaan saya beneran campur aduk, antara sedih, kangen, cape, seneng, kecewa, dan kacau. didukung kondisi badan yg buruk. astagfirullah...

ini bukan galau, tapi malam minggu abstrak.

Perbedaan MOS dan OSPEK (for me)

Sekitar 3 tahun lalu ketika MOS masuk SMA, ada seorang senior cowo yg duduk di atas meja saya yg kebetulan saya duduk paling depan. Ketika si akang tersebut berdiri kemudian bercengkrama dengan temannya di depan saya, say menemukan uangnya 1000 rupiah terjatuh di meja saya.
"Maaf kang, ini uangnya jatuh," ucap saya pada si akang tadi dengan sopan.
"Kenapa ga kamu ambil?" tanya si akang agak sinis, maklum OSIS. Ketika si akang bertanya, tentu saja mata saya memerhatikan wajahnya. Dan disinilah yg dinamakan love at the first sight. Aiiiih... apa sih. Saya pun menyebut namanya Kulkas (kul n kasep).
"Kan saya anak baik dan jujur," jawab saya.
Si akang pun mengambil uangnya tanpa omongan dan keluar kelas.

Sejak saat itu saya mulai mengeceng dan menurut penelitian teman-teman saya, katanya saya dan Kulkas itu saling mengeceng. Jadi ceritanya sama-sama merhatiin gitu. Hahaha. Tapi ternyata di SMA kita tidak berjodoh. Saya sama siapa, dia sama siapa. Dan setaun kemudian setelah dia udah kuliah, saya tau bahwa dia itu cowo Padang! yg artinya dia adalah kriteria saya dalam punya pacar sekampung halaman. Ya sudahlah.

Nah tadi, saya melaksanakan OSPEK masuk kuliah. Singkat saja, Lucu. Ketika sedang berlari berburu cap dari panitia, tak sadar uang 20rb saya terjatuh. Dari belakang pun terdengar suara laki-laki memanggil sambil berlari, "De, De, uangnya jatuh!" Ternyata dia ngejar saya cuma buat ngasihin uang saya yg terjatuh! Ah senior yg baik.

Ga tau, lucu aja. Saya jd senyum-senyum ga jelas mengingat Juni 2007, saya yg menemukan uang senior yg terjatuh, dan sekarang kebalik, pakai acara kejar-kejaran. Tapi sayang, karna saya buru-buru, maka saya tidak memerhatikan wajahnya. Yg jelas si akang senior dari BEM ini berpostur tentara dengan wajah ala tentara. Dan ketika saya pulang, sepertinya akang senior yg melindungi saya dari hujan dengan kertas kardus ketika saya membeli barang di panitia adalah dia. Entahlah ya. Tadi udah malem dan mata saya tidak beroperasi normal karena kelelahan. Sampai-sampai rekannya yg perempuan dibiarkan begitu saja dengan hujan. Bukannya GR, cuma penasaran aja.

Sunday, September 19, 2010

RALAT!

"Udahan ah mau cari yg baru aja.."

"Lho, kenapa? Dicuekin ya? Wahahahaha..."

"Ih sok tahu! Orang terakhir ketemu sebelum dia pergi kita ada peningkatan ko."

"Saling memandang ya?"

"Saling memandang dan berpelukan. Enggaklah! Udah males aja, udah lama ga ketemu."

"Ah beda sih yg lagi kejatuhan cinta mah."

Baru aja diomongin dan setelah hampir 2 bulan ga ketemu, tadi dia muncul. Jadi ucapan yang tadi ralat aja ya. :)

Saturday, September 18, 2010

Singkat saja, tinggalkan sebentar.

Sepi. Ternyata aku belum terbiasa sok-sokkan menyendiri, menghindar dari kehidupan normalku. Bukannya muak pada mereka, hanya saja aku rasa aku akan lebih baik nyaman apabila menyendiri. Didukung oleh rusaknya BB-ku karena terjepit ketika membanting pintu mobil. Sendiri yang malang.

Kamar tidur adalah pilihan pertamaku untuk menyendiri. Jika belum juga berhasil menenangkan, sebisa mungkin pasti aku akan pergi meninggalkan kota ini, karena bila terus disini bisa-bisa aku menyiksa diriku sendiri, yang mana dalam agama itu adalah perbuatan dosa.

Telah banyak sms dan telepon masuk ke ponselku, yang rata-rata bertanya yang sama, "ada apa?" bila di sms jelas tak aku balas, tapi di telepon langsung saja kumatikan sambungannya. Sebenarnya tak jelas juga ada apa dengan diriku. Sepertinya aku tahu, tapi aku tak tahu juga mengapa ini begitu kompleks. Rasanya ingin kabur, tapi belum saatnya.

Aku benar-benar tidak mau bertemu siapa pun, bahkan di dunia maya.

Friday, September 3, 2010

Kenangan yang Kembali Terbuka

Kulihat kelas masih sepi, hanya ada 3 orang teman yang mana satu diantaranya sedang menangis, menutup mukanya dengan kedua tangannya, dan 2 orang lainnya berusaha menenangkan.

Setelah tas kutaruh di atas mejaku, aku menghampiri ketiga temanku dan bertanya kecil, "kenapa Laras?" Nanda yang kebetulan duduk bersebelahan dengan Laras menjawab sambil menggeleng, "ga apa-apa." Sedangkan ketika mataku melirik bertanya pada Puspa, ia hanya menggeleng jutek. Sepertinya ada yang salah.

Aku pun mencoba bertanya langsung pada Laras sambil berjongkok di sebelahnya, "hei, kenapa nangis? Udah dong, jangan nangis..." Aku refleks menyentuh tangannya yang sudah tak membungkus wajahnya, dan ia menepisnya. Jelas ada yang salah, tapi aku tak tahu.

"Ras, kenapa, marah sama gue?" Tanyaku pelan sambil melirik kedua temanku yang lain, yang tidak mendapatkan respon yang kuinginkan.

Laras tetap membisu dalam isakkannya, dan pandangannya lurus ke depan. Jelas ia sedang emosi besar, dan ini pasti karenaku.

"Ras, salah gue apa sampai elo segitunya?" Aku mulai berkaca-kaca, biasalah, cengengku kambuh kalau keadaannya sudah seperti ini.

Mulai lah tempat kami berempat dikerubungi teman-teman yang lainnya, karena sebentar lagi bel masuk sekolah berdering.

"Ras, maapin ya, kalau gue punya salah sama elo..." Entah apa yang bisa kukatakan lagi selain kalimat barusan.

Spontan ia berdiri, membanting tangannya ke meja, dan berteriak-teriak sambil menangis, "heh, lo tanya salah lo apa? Gara-gara lo IBU GUE NYARIS MATI TAU!!"

Deg.
Tangisku pun ikut pecah. Beberapa teman yang ikut menyaksikan berusaha menenangkan aku dan Laras. Ia masih berdiri, air matanya terus mengalir, pandangan marah lurus ke depan, dan napasnya terengah-engah menahan emosi yang super dahsyat. Aku masih jongkok, menangis terisak, dengan rangkulan teman-temanku.

"Kalau gue kemarin pulangnya langsung ke rumah, pasti ibu gue baik-baik aja. Untung ada ade gue di rumah, kalau engga ibu gue pasti udah mati!" Ucapnya dengan nada tinggi.

Ya, kemarin aku menyuruh teman-teman kelompok dramaku agar latihan sebentar mengingat deadline yang sudah dekat, karna kami baru sekali latihan. Dan ini bukan untuk kepentinganku saja, tapi untuk kelompok, untuk Laras juga.

"Emang ibu lo kenapa?"

"Ibu gue tuh punya penyakit tulang layu tau! Dan kemarin nyaris aja tiba-tiba jatuh kalau ga ada ade gue!"

Entah lah penyakit tulang layu itu seperti apa. Aku terdiam sejenak, kemudia berkata dengan bodohnya, "ya udah, kalau gara-gara gue ibu lo nyaris mati, bunuh aja gue sekarang..."

Laras kembali membanting meja, kemudian menarik kerah seragamku dan berkata lantang, "mana pisaunya, MANA?!"

"Istigfar kalian!" Ucap beberapa teman yang kemudian berusaha memisahkan aku dan Laras.

"Nggrek, tolong ambilin pisau di kantin..." Pintaku lemah pada Anggrek yang kebetulan paling dekat denganku.

"Astagfirullah, apaan sih lo?"

Bel kelas pun berbunyi, aku digiring teman-temanku untuk duduk di mejaku. Sambil tetap terisak, aku mulai berpikir, apakah ibunya nyaris mati memang benar gara-gara aku? Ya mana aku tau juga kalau ibunya punya penyakit yang aku engga tau itu penyakit apa. Teman sebangkuku bilang, itu bukan salahku. Tentu saja. Sebagai ketua kelompok, aku hanya ingin menampilkan yang terbaik, dan untuk mewujudkan yang terbaik itu harus melalui pengorbanan, seperti mengorbankan waktu pulang ke rumah menjadi lebih lama. Ralat, sedikit lebih lama.

Semua isi kelas tau, bahwa aku dan Laras sebelumnya berteman sangat baik. Kita sering berkumpul bersama dan cerita-cerita tentang rahasia masing-masing. Dan tau tidak, semenjak aku dan Laras bermasalah karena (katanya) aku nyaris membuat ibunya mati, ia ternyata membocorkan semua rahasiaku, dan membuat aku jelek di depan teman-temanku. Seharusnya bukan hanya aku yang jelek di mata teman-temanku, tapi dia juga.

Disini lah kehidupanku mulai rumit. Dan ini semua berakhir 2 bulan kemudian, ketika kakakku yang paling tua meninggal dunia. Laras tiba-tiba saja meneleponku, bilang turut berduka cita, kemudian meminta maaf padaku dan mengaku bahwa ini semua bukan salahku, tapi ia yang salah. Lantas, apakah aku memaafkannya?

Tidak.
Dengan mudahnya ia menghancurkan hidupku. Dengan mudahnya ia mengucap kata maaf. Tidak mungkin dengan mudahnya aku memaafkan dia.

Semua sudah terjadi. Aku sudah dipandang buruk. Dia menjadi sorotan untuk dikasihani, bak setan berlapis malaikat. Aku bertambah memburuk. Dia ingin semuanya kembali seperti awal, dan bertingkah seolah tidak pernah terjadi apa-apa diantara kita. Munafik, kembali menjilat air liur sendiri.

Ya, kesuramanku ditutup dengan kepergian kakakku untuk selama-lamanya. Apakah ini tumbal agar kehidupanku kembali seperti semula, Tuhan? Aku sangat menyayanginya, dan sepertinya ini belum waktunya untuk ia pergi.

April-Juni 2006. Kenangan yang kembali terbuka.

Friday, August 27, 2010

Realita & Ekspektasi

Aku berharap kamu tetap mengingatku, dengan aku mengingatmu.
Aku berharap kamu mengenangku, dengan aku mengenangmu.

Ekspektasi.

Hebat, semuanya terasa terekam jelas dalam sebuah benda kecil kompleks di kepalaku. Entah sebuah kelebihan atau kekuranganku, yg pada realitanya kamu tidak mengingatku, kamu tidak mengenangku. Sebenarnya aku tidak berharap, bahkan tidak pernah sebelumnya. Tapi kemudian kamu muncul, dan semua di masa itu terulang di otakku.

Ketika penjelasan tak lagi memuaskan, semua terasa konyol. Bisa-bisanya sebuah pengharapan muncul lalu menghancurkan pandangan.

"Jangan terlalu ngarep, nanti jatuhnya ga enak."

Realita ada karna ekspektasi.

Saturday, August 14, 2010

Save Me From My Self

Aku tak mengerti bisa-bisanya aku tertidur pulas begini, padahal sorenya aku bisa dibilang uring-uringan ga jelas. Ada suatu hal yg seharusnya tidak perlu kupikirkan, karna kecemasan ditambah rasa tegang tadi sangat tak berarti. Bahkan ketika kutertidur, aku tak menyadari bahwa seseorang menelepon ke ponselku berkali-kali. Bukan dia, dan malang sekali orang itu karna teleponnya lagi-lagi tak terjawab.

Sekarang pukul 10 malam, berarti sudah hampi 4 jam aku tertidur. Rasanya tadi aku begitu pulas, dan tuli dengan sekitar. Masa hanya karna uring-uringan tadi sore cukup menguras tenagaku hingga kelelahan dan membutuhkan tidur agak lama dibukan waktunya? Oke, aku mengakui kalau akhir-akhir ini aku kurang tidur, lingkar mataku agak hitam, konsentrasiku agak menurun. Tapi kan...?

Suasana kamar yg sepi kembali membuatku memikirkannya, si ga penting dan ga perlu dipikirkan itu. Aku tadi hanya sedikit takut, dan perasaanku meresponnya sangat berlebihan, karna ternyata aku salah langkah. Seharusnya aku tidak membalas smsnya beberapa hari yg lalu. Seharusnya aku tidak mengiyakan tawarannya. Seharusnya aku tidak memberikan kepastian dan mengulur waktu agar dia menyerah. Seharusnya aku tidak perlu terlarut dalam masa lalu. Seharusnya dulu tak pernah ada kisah diantara kita. Seharusnya aku tidak mengenalnya. Seharusnya...

Entah, seharusnya aku tidak seperti ini, dengan memendamnya sendirian...

Wednesday, August 11, 2010

Mayat Hidup dan Hantu

Ini bukan diriku, dan kamu tidak menyadarinya. Kejadian yg sama terulang kembali, dengan kondisi yg tidak jauh berbeda dari yg sebelumnya, bedanya kali ini cukup menyedot energiku. Kamu membuatku seperti mayat hidup.

Seperti layaknya mayat, tubuhku terasa mati dan kaku, hanya saja aku masih bisa merasakannya, rasa yg sejak dulu telah ku kubur rapat sekali, sampai-sampai rasa tersebut benar-benar tak mampu menerobos pertahananku.

Masih sulit ternyata, melarikan diri darimu. Usaha yg kulakukan selama ini masih belum berhasil, karna kamu masih bisa mengikutiku, dan mendahului menjadi hantu.

Malam ini kembali jadi awalnya, dan kamu kembali membuatku menulis seperti ini.
Akhirilah, aku sudah sangat capek....

Tuesday, August 3, 2010

Pergi dan Jangan Kembali

Maaf, aku tidak menyangka akan terjadi obrolan dengannya, tentang kamu. Tau ga, aku udah berhasil melupakan kamu, tidak membahas kamu, kembali pada kebenaran, menjadi waras (lagi), dan jatuh ke hati yg lain.

Semuanya mengalir, hingga tak sadar namamu terlontar.Seseorang dari masa lalu kita, mengawali ini, hingga perasaan dan pikiranku kembali kepada kamu, kembali kepada kisah kita, kembali pada sakit itu, antara marah, dendam, dan sedih, yang beberapa waktu yang lalu sama-sama kita rasakan.

Sudah lah, aku hanya sekedar menulis agar kelak aku ingat bahwa aku pernah mengalami kisah ini. Dan semoga besok-besok semuanya jelas, atau benar-benar lenyap.

Monday, July 19, 2010

Tulisan (baca: curhatan) dari Calon Mahasiswa

Sehari setelah saya resmi menjadi calon mahasiswa Antropologi UNPAD via SNMPTN yg kayanya ga bakal saya ambil, pembicaraan antara saya dan papa mulai berat. Mulai dari dunia perkuliahan, pekerjaan, pait-manisnya idup, dan hal-hal penting lainnya yg jarang sekali kita bicarakan berdua.

Dan entah kenapa 2 hari terakhir ini salah satu topiknya tentang lelaki dan jodoh. Yang pertama kemarin sama papa. Agak sedih sih ketika papa bilang kalo saya mau bagaimana pun juga pasti berpisah dengan papa dan ikut suami, membangun rumah tangga, meneruskan karir mama, membahagiakan papa dan mama, dan blablabla.. Dan yg keduaaaaa, tadi pagi sama si om batak saya yg lumayan ganteng.

Om batak saya menceritakan tentang sebagian kisah cintanya; dengan dokter lah, anak pejabat lah, orang penting lah, hingga menemukan belahan jiwanya, yg mana hanyalah orang biasa dari keluarga biasa. Om saya mengakui bahwa istrinya yg sekarang ini emang ga cantik-cantik amat dan sedikit pendek, tapi nurani ga bisa bohong. Inilah yg diakui om batak saya sebagai salah satu contoh bahwa cinta itu buta, dan dialami olehnya. Dan ketika saya ketemu istrinya si om, edan lah baik bangets! Di antara tante-tante saya yg lainnya dari keluarga si om di Medan, memang istrinya lah yg paling baik dan paling bisa bikin saya nyaman (dan kenyang) tentunya.

Si om pun memberitahu satu rahasia penting bagi seorang cewe ketika dateng ke rumah camer atau orang tua pacar: DAPUR. Dan seorang cewe wajib bisa memasak. Pantesan aja ya, sebelum pergi liburan sendirian ke Medan kemarin, mama titip pesen, "di rumah siapa aja, kalo ma odang atau tante-tante yg lain masak, indah harus ikut bantuin. Trus kalo udah beres, bawa piring-piring kotor ke dapur trus cuci."

Rahasia memikat dari si om ganteng ternyata udah saya praktekin, jadi saya hanya manggut dan senyum-senyum aja dengernya. Malah bukan hanya bantuin urusan dapur aja, saya juga bantuin ibunya doski beberes perabotan rumah yg kebetulan sedikit lagi beres renovasi.

Oke, mari cerita dikit tentang pengalaman saya di rumah orang tuanya doski di Medan. Ceritanya cukup panjang, yg mana tentunya si bude saya itu punya andil dalam kedekatan saya dengan orang tuanya. Saya nginep di rumahnya 2 hari, dan semua rasa ada di hati saya. Mulai dari nervous, seneng, ingin kabur, betah, bingung, dan sejenisnya. Parahnya lagi, berhubung rumahnya belom 100% beres renovasi, saya tidur di kamarnya doski yg tentunya ga sama dia ya, tapi sama adenya yg cewe yg 2 taun dibawah saya. Doski sendiri lagi di Bandung, belom liburan kuliah (yes, dia akselerasi 2 kali padahal kita seumur, jadinya di kampus dia seangkatan sama abang saya). Seneng deh, pas jalan malem minggu bareng keluarganya dan saya ngerasa ga enak bodi, ayahnya langsung bawa mobilnya ke apotek dan beli obat, ga kaya bude saya yg ga langsung bertindak.

Malem kedua, kita dinner di Solaria Cambridge. Ah berasa keluarga sendiri aja. Karna niatan saya cuma sehari nginep dan cuma bawa baju ganti sepasang, jadi aja saya dipinjamkan baju adenya doski. Memalukan. Jadi ceritanya ketika siangnya ketemuan bude saya di tempat makan dalam rangka memulangkan saya pada bude, tiba-tiba bunda dan adenya doski menahan saya agar menginap sehari lagi, dan bude saya tampak antara ga ingin saya pulang atau menyuruh saya pedekate sama keluarganya sehari lagi.

Kenyataan membingungkan terjadi keesokan paginya setelah saya di drop bundanya di rumah orang yg saya panggil kakek-nenek, tapi mereka bukan kakek-nenek asli saya. Ternyata, seharusnya saya memanggil bundanya doski dengan sebutan nenek dan saya memanggil doski dengan sebutan OM! Ah tidak! Jadi gini, setelah berbicara panjang lebar bersama Datuak Zainul, kaka ipar bundanya doski, saya mengetahui alur hubungan keluarga kita. Jadi Datuak Zainul itu sepupuan sama Datuak (baca: kakek) saya yg mana ayahnya papa. Istrinya Datuak Zainul itu anak pertama di keluarganya sedangkan bundanya doski anak bungsu kalo ga salah dari 6 bersaudara. Saya pun bertanya pada mama kenapa saya memanggil bundanya dengan sebutan tante, bukan nenek, dan mama menjawab, "kalo manggil nenek ga pantes, soalnya anaknya seumuran sama Indah. Jadi masa indah manggil Zaky om."

Lucu sekali. Baru tau kemarin saya, tentang pohon keluarga kita. Dan setelah dipikir-pikir, sepertinya si bundanya doski ngajak besanan ke bude saya hanya (tentunya) becanda. Tapi dalam Minang, asal beda suku ya ga apa-apa :'). Saya Kampai, dia Caniago. Pantes aja di tiap tweetsnya doski di twitter, dia menganggap keluarga saya ini saudara. Yg paling terakhir, "pagi-pagi dingin makan bika ambon dari saudara". Ya, malamnya dia ke rumah dan mama memberinya sepertiga bika ambon Zulaika yg ukuran besar itu. Halo Saudara, senang bisa jatuh ke kamu.

Oke, balik lagi ke ngobrol bareng si om. Si om berharap saya mendapatkan pria yg bertanggung jawab, bijaksana, bisa jadi pemimpin yg tentunya imannya bagus, gampang deket sama orang tua, dan pas di hati. Plus kalo bisa suami dokter. Huahaha...

2 hari terakhir ini, kesimpulannya adalah saya udah boleh bawa laki-laki ke hadapan orang tua saya, walaupun dari dulu-dulu juga pernah dengan mengenalkan sebagai 'teman', dan hanya satu yg tidak tertangkap kontroversial di kepala orang tua saya, yg beberapa kali ke rumah tetep aja aman.

Ah, halo dunia perkuliahan :))

Sunday, July 18, 2010

uh

Dari A-Z, masih banyak yg kosong, dari mulutku, dari lenganku, dari mataku, dari hidupku. Obrolan tak lagi berarti. Tulisan tak sanggup bercerita. Hitam-putih tak ada bedanya. Jiwa tak bisa menuntun.

Coba saja.

Saturday, July 10, 2010

Bang Bondan bilang, "Ya sudahlah.."

Ah siyal, out of planning. Oke, inget pesen Kodok barusan: "Jangan terlalu ngarep kalo ga mau sakit."

Dan melihat keadaan yg seperti ini, bener aja kata Kodok. Lebih baik saya (kembali) berhenti. Saya melihat dari beberapa pihak memang mendukung, tapi ko hati saya malah ga enak ya?

Ya udah lah ya, ga usah galau-galauan dulu deh disini, rugi dijeh!

Medan, 10 Juli 2010

Thursday, July 8, 2010

Gelap

Mataku lurus menatap jalanan gelap, yang terlihat jika kendaraan berlalu lalang. Malam ini sangat dingin, walaupun AC tidak menyala. Dan percakapan pun nyaris tak ada.

Terkadang diam itu adalah emas, dan sekaranglah waktu emasku. Percakapan hanya akan membuatku semakin sakit, semakin tersiksa, sedangkan ia hanya membuat resolusi di dunia alkoholnya, bukan solusi.

Ya, aku butuh solusi.

Racauan tak jelasnya semakin menjadi, membuyarkan kekokohan hatiku, menyulut api besar. Baru kali ini aku ingin merasakan bunuh diri.

Kaki kananku spontan menginjak pedal gas semakin dalam, semakin cepat, dan bukan jalanan lagi yang gelap, penglihatanku juga.

Wednesday, July 7, 2010

Danau Toba tidak terlalu baik (ternyata)

Si bungsu kangen mama, sumpah. Jujur saja saya sedang kesal sekarang. Dan di keadaan yg seperti ini, mama ga akan membiarkan saya seperti ini.

Saya males cerita kenapa saya kesel emosi membabibuta di saat saya seharusnya menikmati bermalam di pingiran Danau Toba. Ga penting karna nantinya saya tambah emosi. Mungkin saya yg ga bisa terima keadaan yg seperti ini, tapi dengan kondisi badan yg tampaknya akan memburuk, seharusnya mereka mengerti.

Kalau kondisi saya yg tambah ngedrop akan menjadikan saya lebih baik, saya (semoga) ga bakal nyesel.

Danau Toba - Prapat, 10.30 malam.

Tuesday, July 6, 2010

Bukan Pagi Galau

Saya bingung. Medan membuat saya terlalu senang, dan terlalu lelah. Saya takutnya sakit dengan cuaca yg asing ini. Dan sepupu-sepupu saya disini ga ada yg seumuran. Sedih deh, tapi seru-seruin aja lah ya.

Udah ah ga jelas, saya hanya kangen nulis disini aja.

Sunday, June 27, 2010

Abu

Hari ini perasaan saya campur aduk. Mulai dari tidur jam 3 pagi bangun jam 6, dan tidur lagi cuma bentaaaaar banget. Bangun-bangun lagi saya ngerasa sport jantung, tegang, dan pengen muntah. Ga tau kenapa.

Abis itu langsung SMS Kodok nanyain mau ketemuan dimana dan jam berapa sebelum ahkirnya dia resmi pindahan. Keren sih ga ada topik sesedihan, jadi sesedihannya pas bener-bener mau pisah. Dan saya agak cirambay di angkot tiap membuat icon ini ---> :')

Pulang-pulang saya menyasarkan diri dulu membiarkan sang angkot kesayangan tidak menurunkan saya di deket rumah, tapi di Cimahi. Ada yg aneh, hati saya terasa lembut dan bawaannya senyum ga jelas tapi tulus. Saya basanya agak risih sama orang (maaf) yg tidak bersih dan tiduran nyender ke saya. Tapi tadi saya senyum aja, mungkin karna masih anak-anak juga dan tampangnya kecapean. Ayahnya berkali-kali negur supaya nyandaran sama dia, tapi berkali-kali juga anaknya nyandar ke saya.

Sampai rumah, nonton DIOSS dan Taufik Hidayat kalah, jadi aja pundung. Gitu deh ah. Sampai sekitar sejam yg lalu sahabat saya menyuruh kenalan sama si ganteng Turki yg ternyata (menurut kesimpulan saya) dia GAY. Ampun deh....

Udah ah, saya mau tidur aja ngantuk. Ga jelasnya bener-bener kerasa, dan aneh. Saya berasa lemes lagi, ga semangat. Ditambah kaki kanan lecet. Dan kalau saya terus menulis, panjaglah curhatan saya disini. Selamat tidur.

Nih Kodok baca nih..

Namanya Mustika Ratih Aisyah Hapsari, biasa disingkat Mustika Ratih AHA, sering dipanggil Ratih tapi lebih sering saya panggil Kodok. Buset lah, banyak banget hal yang kita lakukan bareng. Malah kayanya frekuensi kita ketemu lebih banyak dibandingkan sama keluarga kecuali Sabtu-Minggu. Itulah, dari pagi sampai (kadang malam) di setiap hari, pasti kita bareng.

Banyak pelajaran yang saya dapet dari dia, banyaaaaakk banget. Berawal dari sekelas di kelas 2 SMA, kita mulai sering ngobrol dan ujung-ujungnya dia curhat. Dan ga adil juga lah ya, kalo dia terus yang curhat sedangkan saya cuma denger dan memberi nasihat (iya ga sih, iya ya? Hahaha). Karena saya merasa dia mempercayai saya, apa salahnya saya juga memberi dia sebuah kepercayaan untuk menjaga rahasia terbesar saya di masa itu? (itu lho, mas-mas yang suka eksis tanpa nama di sini jaman-jaman 1-2 tahun yang lalu. Kalo suka nyimak dari dulu pasti ngeh, “ooh yang itu toh!”).

Saya masih ingat, suatu malam ketika saya nyaris tertidur, ada sms dari Kodok yang bisa dibilang ganggu orang yang cape pengen tidur banget. Tapi ketika membacanya, ternyata saya luluh..

“Ndo, thanks ya udah mau jadi temen baik aku selama ini.

Jujur aku banyak belajar dari kamu.”

Agak terharu, padahal saya juga banyak belajar dari dia, terlebih tentang cara menyikapi orang tua kita pada waktu itu.

Kita menamai diri kita M2 (Minda-Mustika), spontan aja sih, iseng. Dan dari situ kita makin kompak aja. Kita memiliki banyak kesamaan, mulai dari (tentunya) kesamaan inisial nama, anak perempuan satu-satunya di antara dua lelaki, punya orang tua yang emm.. gitu lah ya, punya prinsip ga mau pacaran kalo kitanya emang ga ada rasa sama si cowo, lebih baik single daripada jadi cewe player terserah apa kata orang, ga suka terikat, ga betah ga keluyuran, suka mie ayam, nekat ga jelas, dan…. Banyak lah ya, sampai saya lupa saking banyaknya.

Kodok ini anaknya baiiiiiiiiiikk banget, perhatian kalo temennya lagi sakit (malah tiap hari ngesmsin saya pas saya lagi sakit, smsnya yg pertama bikin saya nangis karna saya emang ga mau sakit dan isi smsnya itu sendiri). Tapi yang paling bagusnnya sekaligus mematikan buat diri sendiri, dia itu orangnya sangat open dengan siapa aja, berteman tidak melihat dari status kaya/miskin, jelek/cantik/cakep, dan tentunya menerima temen-temen barunya apa adanya. Salut deh, jarang-jarang ada yang kaya gini.

Oke, kenapa saya menuliskan Kodok disini? Pertama, karna pada tulisan beberapa waktu yang lalu saya berjanji akan menuliskan dia disini. Kedua, ini nih yang malesin, karna hari minggu ini sepertinya akan menjadi hari terakhir saya bertemu dengan si makhluk yang terkadang lama mikir ini. Ihiks.. mulai deh sedihnya.

Saya belum pernah merasakan kehilangan sahabat terbaik khususnya di SMA atau pun di luar SMA. Dan sekarang si sahabat terbaik dari yang terbaik di SMA ini dalam rangka pindah ke Jogja, menetap di sana. Besok Senin subuh capcus ke Jogja. Deket sih yaaa, Bandung-Jogja, tapi kaaannn…

Sosok sahabat ada banget di orang ini. Beneran. (duh, selamat ber-GE-ER GE-ER ria ya!)

Jaman-jaman ke Bali kita mempromosikan M2 kepada khalayak sekolah (orang-orang sekolah kita maksudnya). Trus jaman-jaman les, pulangnya kita ngegalau bareng dengan sesekali efek hujan di luar semakin membuat suasana enak menggalau, tapi juga tiba-tiba hancur gara-gara Kodok suka maki-maki supir angkot sambil napsu mencet (lebih tepatnya menampar) klakson mobilnya karna si supir angkot mengganggu kenyamanannya menyupir. Jaman-jaman terakhir di tempat les juga, kita berhasil menghajar bule brengsek biadab yang mau ngisengin Kodok di kamar mandi tempat les. Tenaga saya berhasil membuat jidat si bule (semoga) benjol dibanting pintu dan Kodok berhasil nyubit pinggangnya. Seru deh, dan pulangnya kita ngakak sambil geleng-geleng ga nyangka bakal kaya gitu.

Kalau diceritain satu-satu kayanya bakal menguras jam tidur saya nih. Ada momen terakhir kita bernekat gila basamo di 2 minggu sebelum UN, yaitu mabal di pelajaran fisika, huray! Jadi ceritanya istirahat pertama, kita makan mie ayam di bawah. Karna nungguin si mang mie ayamnya lama, kita akhirnya makan pas ketika bel istirahat habs berbunyi, dan pelajaran sesudah istirahat adalah fisika. Karna emang males belajar fisika dan untungnya kita bisa belajar fisika di tempat les, ya udah deh kita nekat aja tetep santai makan dan kembali ke sekolah sekitar 20-30 menit setelah bel berbunyi. Pintu kelas udah dikunci dari dalem, beberapa temen ngesms nanya kita kemana, kita pun memutuskan duduk manis di depan pintu kelas sambil cerita-cerita. Tiba-tiba Fariz lewat, bertanya kenapa kita di luar, dan dia memutuskan mengetuk pintu kelas saya, BAGUS! Kita bingung karna kalau lari pasti ga keburu. Kepergok lah kita oleh mata bengisnya si guru fisika. Kita dimarahin dan pintu kelas langsung dibanting sama si ibu lalu dikunci. Factor anak-anak juga sih yang teriak-teriak di dalem kelas, “Jangan masuk bu, biarin di luar ajaa!” Bagus lagi. Ya udah deh kita kabur aja ke Kopma dan melanjutkan gocip acip sampai pelajaran fisika beres.

Nulis apalagi ya?

Eh eh eh saya pernah nyaris nangis lho di mobilnya Kodok waktu mau berangkat les bareng Pretty juga, dan ini tidak disadari oleh mereka, keren ga tuh? Seperti biasa Kodok suka muterin lagunya Project Pop. Di entah lagu berjudul apa, tiba-tiba mata saya berkaca-kaca dan idung agak meler. Tapi  itu berhasil diatasi dengan cara mengedip-ngedipkan mata, sesekali tangan mengusap hidung, dan bertingkah wajar seperti tidak ada apa-apa. Sejujurnya saya ini kalo nangis suka di mana aja, tapi karna udah SMA, malu ah. Hehe..

M2Z2, sebuah rencana nama perkumpulan kita yang gagal. Naaaaah.. pas bulan puasa nih tepatnya ketika baksos, Kodok yang menyadarkan saya bahwa saya suka sama itu dan kita membuat M2Z2. Huahahaa..

KPAD, Januari 2009






Bali, Juni 2009















Bogor, Januari 2010






Our graduation, Mei 2010


Udah ah, tenggorokan saya perih. Terimakasih ya, udah jadi temen terbaik di SMA :')

Wednesday, June 23, 2010

5 cm

Sekitar lewat tengah malam tadi, tiba-tiba saya menagis ketika sedang membaca 5 CM-nya Donny Dhirgantoro (telat banget yak). Bukan, saya belum menemukan sesuatu yg patut ditangisi di halaman 265, tapi saya teringat kalo dulu di kamar almarhum kakak saya, ada novel bercover hitam ini tergeletak di dekat kasurnya. Saya saat itu tak tertarik, karna saya juga baru saja meminjam bacaan baru dari sebuah taman bacaan dekat SMP saya. Novel 5 CM itu bukan milik kakak saya, melainkan temannya. Kakak saya juga saat itu bilang, kalau novel ini bagus. Tapi saya baru membacanya sekarang, hasil hunting buku beberapa hari yg lalu di Gramedia.

Tapat tanggal ini, 23 Juni, kakak saya sudah pergi selama 4 tahun, di usianya yg ke 20 lebih 2 hari. Di 5 CM, saya menemukan percakapan tentang kematian, ketika segerombolan sahabat itu akan menuju Mahameru dan mereka sedang berada di Ranu Pane. Disana saya diingatkan bahwa kita sebagai manusia, bisa mati kapan aja, dan itu menjadi rahasia Illahi. Bisa saja saya setelah menulis ini langsung dipanggil oleh-Nya. Bahkan kakak saya itu merasakan sakit di akhir hayatnya hanya 2 bulan, setelah itu Allah memanggilnya.

Sebelum dia divonis dokter menderita kelainan jantung, dia tidak pernah memperlihatkan sakitnya di depan orang-orang di sekelilingnya. Sok gentle kali ya. Tapi itulah. Divonis dokter, 2 bulan kemudian pergi. Rencana Tuhan emang ga bisa ditebak.

Di depan saya masih ada 5 CM. Ternyata buku ini benar-benar mengingatkan saya pada kakak saya itu. Buktinya hati saya terasa sesak melihatnya. Di ulang tahunnya yg ke 24 tanggal 21 hari Senin kemarin, saya ga sempet ke makamnya dan berdoa buat dia, padahal pengen banget. Terakhir kesana adalah beberapa minggu yg lalu, ketika kakaknya papa yg dari Medan dateng. Suasana tiba-tiba hening disana, dan sesekali saya mengusap hidung agar tak meler, bukan nangis.

Sama seperti ketika dia dimakamkan 4 tahun yg lalu. Jujur, saat itu saya ga bisa nangis, karna air mata saya sepertinya sudah habis, tapi ingus saya terus mengalir. Ga percaya, tanya aja sama sahabat-sahabat saya yg dulu dateng. Ga tau, terkadang saya kalo nahan sesuatu larinya ke ingus, bukan air mata.

Kalo ga salah, seminggu sebelum kakak pergi, dia memuji pakaian saya, kaos lengan panjang berwarna hijau dengan celana jins gombrang kesukaan saya, "Ndah, kamu bagus pake itu." Dan ketika saya mengantarkannya ke peristirahatan terakhirnya, saya mengenakan setelan tersebut. Dan satu kalimat yg paling saya ingat saat itu yg dilontarkan sahabat saya adalah, "MASA JALU NANGIS?" Kemudian sahabat saya itu meluk saya.

Ntah, saya kangen sama dia. Dulu saya berpikir bahwa saya ga akan bisa hidup tanpa dia, dan dunia saya akan hancur. Untungnya ada sahabat-sahabat yg baik hati, yg menghibur saya dengan datang ke rumah hampir tiap hari, ikut tahlilan juga, terlebih Badut Garut dan Badut Jawa saya, Parisya dan Kiki. Tapi ternyata engga ko, saya ga ancur-ancur banget sekarang, intinya saya lebih baik dan mulai menanamkan feminisme sejak SMA, dan saya bisa tanpa kakak saya itu, walaupun tentunya saya rindu.

Dosennya kakak bercerita kepada orang tua saya, "Seumur-umur, baru sekarang saya liat makam yg sampai Isya masih aja banyak yg dateng." Subhanallah, selain hari itu hari baik (Jumat), ternyata banyak juga orang-orang yg sayang sama dia. Bahkan menurut orang tua sahabat kakak saya dari masa kecil, ada sahabatnya yg ga terima sampai-sampai ngerem diri di kamar, dan nangis sendirian, padahal itu cowo. Buat orang-orang aja kakak saya udah berarti, apalagi saya?

Udah ah, saya memble nih dari tadi, dan ga nyangka kalo sebenarnya saya punya kakak lelaki yg menemani selama 14 tahun . Saya minta tambahan doanya ya, dari kalian. Semoga kuburnya selalu dilapangkan oleh Allah dan kakak dikasih tempat terbaik disisi-Nya. Amin.

*Alfatihah cukup ko

**Dan Alfatihah menjadi sangat berarti apabila kita ikhlas membacanya, untuk dia. Terimakasih. :')

Tuesday, June 22, 2010

Topik: Sahabat

Hebat, bahkan topik pun hampir sudah tak ada. Padahal kita baru berjumpa lagi setelah berbulan-bulan sibuk dengan kehidupan masing-masing. Sebagai sepasang sahabat, seharusnya topik itu tidak pernah mati, terus mengalir, bukannya saling diam. Jelas ada yg salah. Hingga akhirnya sepasang sahabat berubah menjadi sekelompok sahabat di masa lalu, suasana mulai cair dan..., nyaman.

Sebuah memori kembali terbuka. Hal yg sepertinya hanya karna ini kita merenggang. Dan sepertinya, disinilah masalah kita.

"Gue putus."

"Lho, kenapa?"

"Waktu mau ngasih surprise buat temen kita, dia perginya sama cewe lain, padahal gue udah nunggu dia di rumah. Gue sms ga dibales, telepon ga diangkat. Kesel ga sih? Mana si cewenya itu dulu mantan kecengan dia. Ya udah deh..."

"Jujur, gue emang ga suka sama dia dan ga setuju kalian balikan dulu. Maaf ya..."

"Iya ko, gapapa, wajar."

Kira-kira, itulah inti percakapan terakhir kita di beberapa bulan yg lalu, via Y! Messenger. Tunggu, mungkin itu juga lah percakapan terakhir kita yg 'ngena' hingga saat ini.

Sedih sekali ya, kita yg sekarang tidak lagi bersama, tapi masing-masing. Kita terlalu egois untuk menjadi sahabat, tidak seperti sebelum salahnya kamu memilih dia, hingga 5 tahun sebelumnya.

Semua yg kita lalui hari ini, tidak ada artinya. Tidak ada obrolan penting. Terdapat banyak tawaan semu. Karena mereka, untung.

Aku akui, aku merindukanmu, merindukan kita yg menjadi diri kita bersama, bukan masing-masing.
Aku ingin pergi sebentar, dan semoga ketika Tuhan mempertemukan kita lagi, keadaan sudah membaik, bukan muka bersalahmu yg terlihat, seperti tadi. Masih sahabat ga? :')

Sunday, June 20, 2010

Thanks for my best partner in crime

Ucapan Kodok, sahabat saya di SMA, akhir-akhir ini selalu terngiang ketika hati saya terasa, umm.... sakit.
"Jaman sekarang ya Ndah, ternyata masih banyak orang yg main dukun. Jadi kita harus hati-hati sama sikap dan omongan. Apalagi ke cowo tuh, kaya kasus kamu. Daripada bilang terang-terangan ga suka, mending ga usah diwaro trus ngejauh pelan-pelan."

Kodok yg segi fisik almost perfect tentunya menggoda, yg banyak menyebabkan kaum adam yg melihatnya tergoda. Saya aja yg jadi temen deketnya keseringan stress tiap di tempat les dan ada beberapa cowo agresif yg gangguin, apalagi orang tuanya yg sudah mengakui pada saya bahwa mereka stress punya anak kaya Kodok? Ayahnya Kodok bilang, "Om ya Ndah, kalo jadi cowo ogah deh suka sama Kodok. Pasti bakal pusing deh Om." Saya ngakak dan mendukung si Om, tapi Kodok ngeles, "Ahh bohong. Pasti Bapa bakal naksir sama aku!"

Menjadi seorang yg kelewat cantik itu beban, kalo kata saya. Jual mahal, salah. Open sama orang-orang, tidak memandang orang dari status dan kasta, terlalu baik dan sesekali ngisengin cowo (Kodok banget ini), dibilang kecentilan. Sering gonta-ganti pacar, dibilang murahan. Jadi yg seperti apa yg bagus? Balik ke agama sih ya, nutup aurat. Tapi sayangnya Kodok belum siap akan itu. Kecuali kalo dia jadi masuk UMY, terpaksa lah dia berislami ria. Kapan-kapan deh ya, saya tulisin tentang Kodok yg lainnya. Ini orang bener deh, ajiiiibbb!

Ilmu perdukunan.
Saya sempet membahas ini bersama beberapa teman, salah satunya Kodok dan seorang teman saya yg 'punya'. Salah satu mitos yg baru saya ketahui saat itu, ternyata orang-orang keturunan 'sakti' (seperti keluarga Kodok dan si temen yg juga 'sakti') itu lebih mudah terkena ilmu hitam milik dukun. Dan yg paling ajib tut santet/pelet dari jawa.

Memang benar adanya. Nyatanya Om-nya teman saya yg 'sakti' itu kena. Dia yg berasal dari Bangka, yg sepertinya memiliki 'ilmu' Melayu, kalah sama 'ilmu' Jawa. Di dalam keluarga besarnya, kalo ga salah ada 3 orang yg kena.

Nah, kalo si best partner in crime ini, dia dipelet, udah 2 kali dengan orang yg berbeda. Saya shock pas pertama kali denger, tentunya. Karna dia keturunan Jawa tulen, si peletnya pun gagal, tapi berefek gatal-gatal buat kasus pertama, jerawat ga sembuh-sembuh untuk kasus kedua. Kemarin, ketika saya ceritakan pada si 'sakti' dan meminta tanggapannya, dia komen, "oh pantesan muka dia tuh kaya yg beda banget, pucet tapi gimanaaaaa gitu. Dari kelas 2 akhir prasaan aku kalo ga salah."

Bingo! Si 'sakti' menjawab dengan benar, padahal saya belum cerita dari kapannya. Untungnya sekarang dia udah baikan, dan katanya ilmu jahatnya udah kalah.

Dari kasusnya Kodok, saya belajar banyak hal, tentunya dalam sikap dan perilaku ya. Saya sering kali lupa, tapi Kodok beberapa kali juga mengingatkan. Tapinya lagi, emang bawaannya Kodok yg cadas (that's why kita nyambung banget), dia tetep aja lebih parah dari saya. Jadi ketika kita lagi curhat-curhatan dan dia mengingatkan saya, saya juga jadi ngingetin dia. Soalnya dia suka ga sadar sama yg diomonginnya ke orang lain sih.

Oke, sebenarnya saya ingin menuliskan yg di atas secara SINGKAT dan padat, karna niat awal tulisan saya bukan itu. Saya lagi sakit hati, dan berpikir:
Betapa mudahnya sikap dan ucapan melukai seseorang secara tidak disadari. Mungkin mereka ga sengaja, iseng, atau bercanda, tapi tetep aja menyakitkan, seperti yg saya alami. Mereka pasti ga ngerasa mereka salah, dan menganggap bahwa itu adalah kewajaran dari diri mereka yg seharusnya sudah dimaklumi, sehingga mereka tidak merasa bersalah melakukannya. tapi bagi saya tetap tidak bisa ditolerir lagi.

Buat korban yg sudah tidak berakal dan beriman butut, betapa mudahnya melakukan balas dendam dengan Dukun. Untung saya masih waras dan lebih mendekatkan diri padaNya akhir-akhir ini, jadi ya udah lah ya, kita liat aja nanti. Saya akan berusaha setenang mungkin di depan mereka, dan semoga saya menjadi pendiam, amin!

Dan semoga yg paling penting nih, saya bisa merubah sikap dan gaya bahasa saya yg ehem, terkadang tajem. Ga sia-sia ya, ajaran agama saya menganjurkan Istighfar, memohon ampun, dan meminta maaf tiap kali melakukan kesalahan. Dengan melakukan itu secara sungguh-sungguh, saya biasanya bisa tenang. Dalam segala kasus sih jelas, mendekatkan diri pada Pencipta adalah kunci utamanya. Saya yakin, semua agama yg lurus pasti menganjurkan umatnya untuk berlaku baik dalam segala hal, tidak lupa disertai dengan bersyukur. Nikmat bersyukur itu benar-benar amazing buat saya. :)

Friday, June 18, 2010

Cinta Mati

Apa yang kamu tahu tentang cinta mati? Aku juga tidak tahu persisnya, tapi aku tetap saja tak suka kata 'cinta mati'-mu.

Dengan proses yang begitu singkat, tidak mungkin kamu bisa menyimpulkan bahwa dirimu cinta mati-yang ada cinta tanpa logika.

Semua yang kurasa, hanyalah dusta. Kamu, dan kawanmu, sama saja. Gila karna cinta. Gila akan cinta. Mati dengan gila. Stupito.

Wednesday, June 16, 2010

UM, SNMPTN, dan Kerancuan

Entah kenapa saya sangat tidak setuju dengan adanya UM (Ujian Masuk) ke Perguruan Tinggi Negeri. Dengan adanya UM ini pula, kesempatan orang-orang pintar yg berekonomi rendah untuk belajar di PTN favorit sangat kecil, mereka harus benar-benar berotak encer. Banyak PTN-PTN yg menerapkan UM, dan justru ada juga beberapa PTN favorit yg menerima siswa dari jalur UM 70-80%, sisanya dari jalur SNMPTN.

Nah buat anak para golongan atas yg ikutan UM, itu bukan masalah ya, apalagi duitnya bejibun. Hanya bermodal uang, semua bisa jadi nyata, tapi palsu.

Kenapa banyak kejanggalan dari elit politik di Negeri ini? Menurut saya juga ini bisa saja karna sistem di atas (nyanyambungan). Coba deh, betapa mereka tidak menghargai apa yg mereka dapat. Iyalah wong usaha mereka aja dikit dan kerjaannya malas-malasan. Sedangkan orang-orang yg berpenghasilan jauuuuuuhh dari mereka, orang-orang tersebut lebih bisa menghargai apa yg didapat, dengan usaha yg edan-edanan jauh beda dengan si golongan tinggi, yg jadi pembeda adalah pendidikannya.

Di bidang kesehatan pun sama, contoh kedokteran. Malpraktek sering muncul karna si dokter hanya bermodal pede dan sok tahu (mungkin saya lebih sok tahu dalam menuliskan ini, tapi ini kan pendapat saya), dan tentunya uang. Karna menjadi dokter itu adalah cita-cita masa kecil hampir semua orang, maka untuk merealisasikannya pun tidak mudah, dengan biaya yg tidak murah juga tentunya. Ada fakta baru yg saya dapatkan dari seorang kerabat yg gagal masuk FK di PTN favorit Bandung, tapi lolos di Arsitek ITB. Dan ini juga yg menjawab kekaguman saya pada Om saya yg Dokter Spesialis Anak di beberapa rumah sakit Bandung yg juga pengajar di PTN tersebut, ketiga anak perempuannya masuk ke FK PTN tersebut. Ternyataaaaaaa.... para pendidik disana mendapat JATAH untuk anaknya. Please lah, Kedokteran gitu.

Cerita yg saya dapat dari Uni Tika, si kerabat yg mana sahabat almarhum kaka saya, ada seorang temannya dari SMA favorit Bandung juga, yg sangat pemalas dan ga pintar-pintar amat masuk ke fakultas idaman itu, hanya bermodal ayah dokter dan pengajar disana. Passinggradenya pun jaun di bawah Uni Tika, nyaris beda 20 malah. Uni Tika yg harusnya masuk karna memiliki passinggrade yg tinggi pun jelas kesel ya, karna itu adalah kali kedua dia nyoba SPMB. Karna memang sudah mengetahui keburukannya, maka Uni Tika udah males nyoba masuk sana, dan milih Arsitek ITB aja. Tapi tetep keren sih, sekarang lagi ngambil S2 dengan beasiswa.

Pantesan juga ya, temen saya yg ibunya ngajar di PTN tersebut, masuk ke salah satu jurusan terfavorit disana. Mungkin yg baca tau lah ya, PTN yg saya maksud apa.

Balik lagi ke UM, sebenernya apa sih yg jadi kendala dari pihak masing-masing PTN yg mengadakan UM sehingga biaya kuliah tinggi dan tingkat pendidikan di kalangan bawah menurun? Kekurangan modal? Atau uang pembangunan dari yg lulus SNMPTN itu sangat kurang ya, melihat dari sektor ekonomi orang-orang yg lolos? Atau para petinggi PTN tersebut ingin terus membangun kampusnya lebih wah lagi hanya karna gengsi?

Atau...
Balik lagi ke yg lebih atas, ada penyimpangan oleh pejabat-pejabat yang ada di Diknas? Hmmm... Entah lah ya. Hanya Allah yg tahu.

Mungkin bukan hanya di PTN itu doang ya, ada si Jatah itu, pasti banyak di tempat lain. Tetep sih ya, kalo sportifitas ga dijunjung, gimana mau membangun negeri dengan pikiran awal yg sempit? Please deh, Kampus tempat ayah saya ngajar aja uDah beberapa taun ini ga ada jatah-jatahan, buktinya kakak saya masuk dengan seleksi, murni.

Terserah deh, ini hanya pemikiran saya.

Hey yg lagi menuju langit dan lupa daratan!

Wah saya menyesal mengagumi Anda-anda. Heran deh, bukannya bersyukur punya banyak penggemar, nah ini malah bikin diri sendiri dicap jelek sama penggemarnya. Seorang artis juga bukan, harusnya mempererat silaturahmi sama orang-orang yg mendukung, biar image Anda semakin terlihat bagus.

Please lah, belom apa-apa udah berasa di langit dan di agung-agungkan.

Bener deh, walau pun dulunya secara tak langsung Anda-anda adalah orang yg memberi pikiran baru buat saya, tapi melihat tingkah Anda-anda ini pada orang-orang yg jelas peduli, sayang, dan memuja Anda, jujur saya udah ga suka lagi sama Anda-anda.

Saya harap Anda yg lagi di jalan menuju langit, membaca ini. Jangan pernah berpikir bahwa Anda lah yg terbenar, karna menurut saya Anda lah yg salah besar.

Saya hanya mencurahkan apa yg saya rasa, setelah melihat perkembangan Anda akhir-akhir ini. Menyesal saya mengagumi orang yg tidak patut dikagumi.

Tuesday, June 15, 2010

hus-hus!

Lagi, kamu kembali. Bukan keinginanku untuk menolakmu di sini, tapi kita sudah terlalu semu. Tidak ada penyesalan seperti dulu, hanya luka tertetesi cairan asam, perih.

Sebuah memori lagi-lagi dan kembali terkuak. April-Mei 2008, terbukti sudah. Tidak ada hati di sana, logika menguasai kita.

Entah siapa yang bodoh dan siapa yang salah, aku mohon cukup. Kelam telah menenggelamkan surya, sinarmu tak lagi berarti.

Mohon tidak mengusikku lagi.

Wednesday, June 9, 2010

Klarifikasi

Hola. Ga ngapdet multiply hampir seminggu atau lebih, berasa udah lama aja ga nulis disini. Kangen nuliiiiissssss.... Ga punya inspirasi nih, biasanya mimpi-mimpi saya oke untuk dipublikasikan, tapi hampir sebulanan ini garing.

Mau klarifikasi apa sih sayaaaaa?
Ini sebenarnya buat teman-teman saya secara umum atau yg beredar di account facebook saya. Mungkin anda melihat status saya sekarang adalah in relationship. Terserah mau percaya apa engga, itu bohong. Entah atas dasar apa saya menuliskan ini disini, yg sebenernya ga penting juga. Alasan saya mengganti status adalah CARI AMAN.

Yes, sebagai cewe yg ga gampang jatuh cinta (tidak menganut love at first sight lagi), saya males aja kalo ada yg ganggu dan sudah saya tolak via body language dan tingkah saya, tapi dia keukeuh ngejar (atau cari sensasi) saya. Pake acara manas-manasin lagi. Percuma lho mas, saya disini adem-adem aja. Atau mas bilang manas-manasin karna saya masih lebih oke dari pada si pemanas gagal itu makanya anda bilang mau manasin? (Menurut mata-mata saya, si cewe korbannya itu bener-bener menjadi korban karna biasa aja) Huahahahaha....

Dan sekali lagi, karna ga gampang jatuh cinta, saya ini orangnya setiaan. Ngeceng aja setia, paling cepet 1 tahuun. Paling lama hmmmm..., dari kelas 4 SD sampe SMP (ampuuuuunnn). Sedangkan kecengan yg sekarang (yg ternyata ibunya udah ngajak besanan), udah 1,5 tahun ajaaaa. Tinggal nunggu si pemalu gress ini nih. Hahaha.

Sifat orang kan beda-beda tuh. Salah satunya ada yg ga demen jomblo dan ada yg demen jomblo. Saya termasuk yg demen jomblo. Track record pacaran saya juga ga banyak ko. Tapi tetep, ga beda sama yg pacaran, jomlo juga ga berarti ga merasakan cinta. Salah besar itu. Justru ini yg lebih asik, lebih bisa berekspresi. Seperti tulisan saya beberapa bulan yg lalu, guru les dan guru sekolah saya berkata, "cinta itu sangat diperlukan. Penulis ga bakal bisa nulis kalo ga pernah ngerasain cinta. Puisi ga pernah tercipta kalo ga ngerasain cinta, blablabla..."

Tuh kan niat klarifikasi, malah jadi melenceng. Maaf ya.
Gitulah. Dari tulusan-tulisan saya 2 tahun terakhir mungkin anda akan lebih tau siapa saya. Dan kalo anda ngeh, hanya ada beberapa orang aja yg bikin saya sering nulis disini, yg bikin galau, dan menampar saya tentang cinta.
Cukup kaaaaaannn?
Terimakasih sudah membaca sampai sinim :)