Wednesday, November 23, 2011

On a High

Kembali, aku berada di ketinggian.
Kali ini cukup membuat bulu kudukku berdiri, berbeda dengan yang sebelumnya, yang hanya memicu adrenalinku saja. Aku berpijak pada tali tambang yang diikatkan di antara dua bangunan yang tingginya berpuluh-puluh meter dari permukaan tanah, dan ini adalah tali tambang yang kedua dari yang teratas.

Kakiku sempat terpeleset yang nyaris membuatku terjatuh dari ketinggian, yang kemudian membuatku menoleh ke bawah.

Mengerikan.
Semua yang di bawah nyaris tak terlihat, bahkan teriakannya pun tak terdengar.

2

Rating:★★★★
Category:Books
Genre: Entertainment
Author:Donny Dhirgantoro
“Ini Bulutangkis, dan ini Indonesia.”

Membaca kalimat pertama di resensi belakang sampul novel ini, tentunya saya langsung tertarik untuk membelinya. Sebagai penggemar bulitangkis (atau lebih tepatnya pemimpi menjadi atlet bulutangkis yang ternyata gagal), setengah bagian terakhir dari novel ini cukup menguras emosi. Dan saya ucapkan selamat kepada mas Donny Dhirgantoro , yang sukses membuat novel yang maknanya mantap sekali, setelah ‘5cm’-nya (Y).


“Tetapi hari ini saya bilang sama kalian bahwa mimpi kalian yang telah membawa kalian ke sini adalah omong kosong. Bermimpi saja tidak cukup! Saya akan meminta lebih dari omong kosong, khayalan, impian, dan cita-cita kalian.

Ke setiap diri di depan saya... hari ini, saya bilang... jika kamu punya impian, impian besar dan begitu bermakna, kekuatan imajinasi manusia yang luar biasa, tetapi kamu tidak sedikitpun bekerja keras, tidak sedikit pun meneteskan keringat untuk memperjuangkan impian kamu..., buat saya kamu hanyalah pembual nomor satu untuk diri kamu sendiri.

Juga... ke setiap diri di depan saya hari ini, saya bilang..., jangan coba-coba bekerja keras, tetapi tanpa impian, tanpa impian yang membakar diri dan benak kamu setiap hari, berkeringat, lelah, tetapi tanpa makna, melangkah tetapi tanpa tujuan, bangun di pagi hari menyesali apa yang kamu lakukan, bekerja keras tanpa impian, buat saya..., kamu... hanyalah pembual nomor satu bagi dunia.”


Sebenernya masih banyak kalimat-kalimat atau paragraf yang isinya lumayan nendang. Jika kamu berjiwa nasionalisme, terlebih kamu juga sangat menyukai bulutangkis, maka kamu akan merasakan hal yang sama seperti yang saya rasakan ketika membaca. Bayangan pertandingan bulutangkis yang diceritakan akan tergambar jelas dipikiranmu, mulai dari serve, lop, dropshoot, smash, drive, backhand, dan sebagainya.

Dan jujur saja, saya sampai menangis ketika membaca sambil menyanyikan lagu Indonesia Raya dalam hati. Terkesan berlebihan memang, tapi itulah, alhamdulillah hati ini masih bisa tergetar.

Oh iya, sama seperti novel Mas Donny sebelumnya, novel ini pun memiliki kekurangan yang sama, yaitu alur cerita yang standar dan monoton di awal cerita, bahkan hampir setengah bagian awal dari novel ini bikin saya berhenti membacanya karena malas, dan gaya penulisannya kurang mengalir. Terlebih di bagian kisah tentang Gusni dan Hary. Kurang greget gitu.

Over all, I recommended you to read this novel!

Kesampingkan cerita kurang gregetnya, dan jangan berpikir akan menyesal jika membeli novelnya seperti yang saya rasakan di awal membaca.

Apa makna ‘2’ dibalik judul novelnya? Temukan lah sendiri jawabannya di akhir cerita :p


“Pernahkah kamu? Berada bersama ribuan saudaramu? Meneriakkan nama bangsamu?”


Ah mampus.
Pengen gue. Bukan hanya meneriakkan nama bangsa bersama, tapi diteriakan atas nama bangsa juga. Cirambay-cirambay deh itu :’)

Saturday, October 15, 2011

Bermain Waktu

Ku kira makianku beberapa bulan yang lalu akan membuat keadaan kita semakin tidak baik-baik saja, penuh emosi, intrik, kritik, dan permusuhan. Tapi kenyataan bertolak belakang, dan aku pun tidak pernah menyangka sebelumnya, bahwa kini kita berdiri bersama.

Pertemuan setelah perkenalan makianku, dari jarak pandang 50 sentimeter, ternyata banyak hal darimu yang mengingatkanku padanya. Alis tebal, mata tajam, hidung mancung, telinga agak lebar, dan bulu-bulu tipis yang tumbuh di sekitar wajahmu. Kita berbincang tidak begitu lama, dan kamu menjelaskan bahwa kejadian sebelumnya hanyalah salah paham semata.

Jujur saja keadaan ini membuatku bingung. Seolah berada dalam mimpi, aku ingin ada seseorang yang membangunkan tidurku, walaupun ini tidak bisa dikatakan mimpi buruk.

Seperti bermain dengan waktu, menunggu masa depan. Tidak sabar, apakah ada yang membangunkanku, atau aku akan tetap terlelap bersamamu...?

Monday, October 3, 2011

Terimakasih :)

Bener-bener bersyukur dengan keadaan yang sekarang, dan sangat ingin mengucapkan terimakasih banyak untuk senior yang posisinya saya gantikan, tapi malu. Hehe :D

Hallo mba, terimakasih banyak ya. Berkat anda, banyak sekali hikmah dan pelajaran yang saya dapat, walaupun ini baru permulaan dan tantangan masih banyak di depan sana.

Aduh, ingin bercerita panjang lebar, tapi saya jadi bingung sendiri bagaimana menceritakan apa yang saya rasakan ini. Memang ada kalanya kepala ini cenat-cenut, emosi jadi ga stabil, badan sakit, sampe rumah kuyu banget dan langsung ngerem (tepatnya terkapar) di kamar, dan puncaknya menangis.

Tapi semua itu alhamdulillah terbayar, dengan si hikmah dan pelajaran baru yang saya dapat.

Yang saya percaya dari jaman SMA sih, usaha dan kerja keras itu pasti akan sebanding dengan hasil. Jika saya bermalas-malasan, tidak serius, atau tidak fokus, yah tau sendiri lah hasilnya gimana. Nah di sini insyaallah saya mau serius dan fokus, tanpa banyak mengganggu jam perkuliahan. Tolong amini bersama-sama pembaca. Aaaaamiiiiiin...

Wednesday, September 28, 2011

Akumulasi

Hai, saya kangen kamu. Sebenernya yang akan saya tuliskan disini bukan tentang kamu, melainkan kepenatan yang saya rasakan selama hampir 3 minggu terakhir. Lucu rasanya, ketika tiba-tiba kepikiran untuk menuliskan kamu lagi di sini.

Di sini mungkin satu-satunya tempat terbaik untuk mengenang kamu, dengan segala yang pernah kamu punya, dan memang kebetulan blog ini tercipta saat ada kamu, si pengganggu menyebalkan. Lucu sebenarnya, di saat hati ini benar-benar ingin meledak bukan karena kamu, tapi mata saya malah meneteskan air mata, untuk kamu.

Haaah sudah lah. Cukup...

Sunday, September 11, 2011

September 2010

Hampir satu tahun yang lalu saya diospek oleh senior-senior di BEM dan HIMABID. Jujur saya, ospek kala itu benar-benar memberikan kesan mendalam terhadap hati ini. halah! Terlebih ketika diospek oleh senior HIMABID. Cukup gila menurut saya. Yang sempat membuat ingin menangis itu bukan ulah dari seniornya, tapi dari barang yg harus dicari dalam waktu 1 malam (terhitung dari magrib) yg besoknya harus kita gunakan. Mirip badut rumah sakit jadi-jadian. Paling parah dibanding prodi lain kalau kata saya sih.

Ada beberapa rasa di masa itu yg kembali saya rasakan saat ini. Jujur saja saya tidak bisa menjelaskan rasa itu seperti apa, yg jelas ini cukup membuat jantung saya berdegup agak lebih cepat, sama seperti tahun lalu. Dan memori di kepala saya kembali mencuat.

Hari pertama ospek, dihabiskan dari pagi hingga nyaris malam di gedung STKIP. Inget banget, saya sering banget kena teguran sama teteh BEM yg namanya kalau ga salah teh eka, gara-gara saya dan seorang teman cekikikan mulu. Abis saya bosen sih, males aja duduk di jajaran belakang karna kebetulan mendapatkan kelompok 2 terakhir. Dan pulangnya jujur saja saya agak stress! Buset aja si senior HIMABID ngasih pengumuman tentang peraturan blablabla dan barang-barang yg harus dibawa. Dan saya nyaris nyerah dengan tidak mengikuti ospek di hari berikutnya. Untungnya ada teman saya yg memotivasi saya agar kita berjuang malam itu untuk mendapatkan barang yg harus dibawa. Pulangnya ketika di mobil bersama abang, saya berikrar tahun depan akan mengospek junior-junior baru, dan si abang mendukung.

Hari kedua, tragedi uang jatuh ketika MOS SMA terulang kembali! Bisa dibaca juga di tulisan-tulisan sebelumnya. Kalau ga salah ga saya protect juga. Dan intinya hari kedua ini adalah hari yg sangat melelahkan. Keyakinan saya untuk menjadi seorang HIMA sudah mantap, dengan alasan ingin mengospek junior selanjutnya.

Hari ketiga, harinya bersenang-senang! Feel waktu lagi ujannya masih kerasa, dan saat itu hal yg paling menyibukkan adalah berburu tanda tangan senior maupun sesama maba, ditutup oleh pengukuhan maba yg sempat membuat merinding. Pulangnya, ketika di mobil bersama mama dan abang, hati saya saat itu mantap ingin menjadi seorang anggota BEM dan HIMA. Abang saya sangat sangat mendukung, tapi mama menganjurkan pilih salah satu saja.

Oke.
Dan sekarang saya ada di posisi ini karna keteguhan hati setahun yg lalu itu. Dari 3 hari di atas, bisa ditebak alasan yg mendasari saya menjadi saya yg sekarang ini adalah balas dendam. Huahahahaha. Saya sakit hati sama capeknya sih, bukan karna seniornya. Dan sepertinya seru juga jika saya melakukan hal yg sama, bahkan lebih, untuk kali ini. Tapi yg barusan itu hanyalah alasan yg terbaca disini ya. Sesungguhnya masih ada beberapa alasan lainnya yg lebih positif dari pada alasan buruk tadi.

Nah adik-adik maba, sampai bertemu 22 September oke! :D

Friday, August 12, 2011

Mari Menulis!

Saya pernah baca di suatu buku. Inti yang saya tangkep sih, menulislah ketika kamu sedang ingin menulis, di manapun itu, baik tempat maupun media menulisnya, sebelum kamu lupa apa yang akan kamu tulis.

Setuju sih, makanya sering banget ada tulisan-tulisan, “sebenernya banyak banget yang ingin diceritain, tapi blablablabla...”

Jujur saya memang suka menulis. Dan pernah saya bikin tulisan abal-abal jaman SMP sebanyak 200-sekian lembar kertas binder dalam waktu 3 bulan. Walaupun emang tulisannya benar-benar abal, tapi saya cukup puas tertawa membacanya, dan bangga juga. Dapet inspirasi dari mana sih? Huahaha

Lha, sekarang?

Saya juga bingung kenapa si inspirasinya ga dateng-dateng. Jaman SMP itu, saya merasa bahwa menulis tulisan yang panjang itu lebih menyenangkan dibandingkan menulis tulisan pendek semacam cerpen gitu. Tapi ketika akhir SMP - awal SMA, iseng saya bikin tulisan pendek abal-abal, yang isinya yah, sedikit curcol juga.

Ketika SMA, guru Bahasa Indonesia saya mengusulkan saya ikut lomba cerpen. Awalnya susah, begitu mengetahui persyaratannya harus berapa spasi lah, jenis huruf apalah, ukuran berapa lah, jumlah karakter, dan lainnya. Susah karena saya kalau cerita lewat tulisan (biasa lah, namanya juga curcol :D), saya suka terlalu mendetail. Sama ketika saya bercerita langsung melalui SMS, BBM, atau media-media berupa tulisan yang lainnya. Bisa dibandingkan sih, sedetail apa cerita saya ketika melalui tulisan atau ngobrol langsung. Eh tapi engga juga deng, di saat itu benar-benar ingin diceritakan, saya yang keseringan to the point, kadang juga ceritanya tetep panjang. Haha

Itu juga lah yang menyebabkan saya dulu nyaris ngambil PMDK buat masuk Sastra UPI, dan saya juga suka pelajaran Bahasa Indonesia. Maka dari itu lah jangan heran kalau saya suka protes kalau ada tulisan-tulisan aneh tidak sesuai dengan EYD dan lain-lainnya, terlebih di tulisan formal.

Kalau dari segi minat dan bakat, kayanya saya nyasar juga kuliah di tempat saya kuliah sekarang. Soalnya saya udah tau kerjaan saya di masa depan itu kaya apa, tinggal liat mama aja. Cukup padat sih, dan menyeramkan dulu mikirnya. Saya cocoknya jadi orang belakang, bukan orang depan. Kalau pun bukan jadi sastrawan atau apalah itu, saya lebih senang menjadi ilmuan, profesor, atau peneliti-peneliti gitu, (tetep) bukan seperti kuliah yang saya ambil sekarang.

Wah melenceng nih. Mungkin postingan ini hanya kalkulasi dari beberapa hal yang ingin saya tuliskan, makanya ga nyambung juga :D

Eh tapi jujur lho, saya merasakan manfaat menulis itu apa. Ketika saya sudah sangat jarang atau malas menulis, sepertinya tidak ada juga yang bisa ditumpahkan dari otak ini untuk dikembangkan lagi, kemudian dirangkai melalui kata-kata yang enak dibaca. Dan dengan menulis disini, saya sering ngerasa jadi lega juga, walaupun saya tidak bercerita unek-unek kepada teman-teman saya. Kalau jaman SMA, bisa jadi Pandaminnank, si journal online saya ini, lebih banyak tau tentang diri saya, dibandingkan para orang-orang terdekat.

Dan Manfaat yang paling penting itu adalah mengabadikan setiap kejadian yang kita alami. Tetep, dalam rangka terekam tak pernah mati. Ini juga hiburan lho. Ketika suatu saat di masa depan kamu merasa jenuh kemudian berselayar di dunia maya dan menemukan link ke blog/tulisan kamu yang lama, kamu pasti akan tertawa-tertawa malu, miris, terharu, bahkkan terbahak-bahak.

 

Btw ini lagu Teh Risa Saraswati sangat cocok untuk menemani menulis ;)

Thursday, August 4, 2011

Intropeksi

Beberapa hari yg lalu, (alhamdulillah) dengan senang hati saya pergi ke kampus, dengan tujuan berburu tanda tangan rekan-rekan sehimpunan dan beberapa senior di himpunan. Berasa ospek ya, nyari tanda tangan senior. Sebenarnya sih, karena ditagih sama staf prodi Kebidanan kampus. Dan ketika saya masuk ruang prodi untuk menyerahkan absenan tersebut, Bu Ratna, staf yang menagih saya itu justru menyambut saya dengan ramah, "eh Minda. Punten pisan ya, ngerepotin harus ke kampus lagi. Harusnya mah udah libur panjang da ga ada SP kan ya? Makasih ya."

 

Saya sih, kaget ya. Harusnya kan saya yg meminta maaf, karena itu adalah absen jaman kapan, dan baru kemarin saya serahkan kepada beliau. Berkat ke kampus dengan senang hati ini mah. Hehe

 

Sorenya saya ngobrol-ngobrol bersama seorang teman. Dia ini kadang tidak berperasaan, dan kadang tidak tahu mana yg patut dikatakan, dan mana yg tidak patut dikatakan. Tapi karena dia ini teman diskusi saya (bukan temen ngegosip ya) yg paling rasional, saya justru nyaman-nyaman aja temenan sama dia. Dia ini kadar rasionalnya lebih tinggi dibandingkan perasaannya.

 

Jujur, yg saya rasakan selama kuliah segedung dengan para wanita, ternyata membuat logika saya tumpul. Jarang sekali saya menemukan obrolan-obrolan berat bersifat pengetahuan umum, diskusi yg bukan gosip, dan pembicaraan-pembicaraan berlogika. Saya merasa menjadi bodoh, sulit mengendalikan emosi. Jaman SMA saya mempunyai partner diskusi berbobot, dan logika saya lebih jalan ketika itu dibandingkan sekarang.

 

Singkat cerita, saya dibuat dilema akan jabatan baru (seperti biasa, huahaha) gara-gara si temen ini menceritakan sesuatu yg seharusnya tidak dia ceritakan pada saya. Dilema bagian ini ceritanya menggantung, soalnya topik-topik lainnya mengalir begitu saja.

 

Sekitar Magrib saya baru pulang ke rumah. Sepanjang perjalanan, si dilema itu kembali datang, dan munculah perdebatan-perdebatan ga penting yg bikin saya uring-uringan di jalan. Sesampainya di rumah, saya ngesms si temen ini dan bercerita blablabla. Si temen menganjurkan saya untuk mengintropeksi diri sendiri, dengan meminta pendapat orang-orang yg tidak terlalu dekat dengan saya. Dan langsung lah saya ngesms dan nge-BBM beberapa orang, dengan siap menerima kenyataan bahwa diri saya itu buruk.

 

Pertama, dari Iva: "Kata aku mah care, psti ngehargai pendapat orang, ngehargai usaha orang, ga banyak protes.

Klo negatifnya mah blm tau, ga ada sih selama ini buat aku mah hehe."

 

Wajar juga sih ya, belum lama juga kita kenal, tapi saya cukup tersanjung. Hehe :D

 

Kedua, dari Fuji: "Mimin tuh kekeuh. Terus apa lagi ya? Gesit. Terus asik. Ga rese juga. Terus dewasa juga. Negatifnya, Mimin itu heuras. Kekeuh kalo apa2 teh. Terus cara ngomongnya kalo buat org sunda mah aga keras."

 

Saya ngakak doang di bagian terakhirnya. Parah. Jadi maksudnya itu, saya kalau ngomong sunda itu , sundanya kasar. Maklum lah ya, ga begitu ngerti sunda juga. Itu artinya  saya lebih baik tidak berbicara sunda, daripada masalah. Hahaha :D

 

Ketiga, dari mantan ketua Hima: "Minda itu orangnya punya prinsip, gak gampang terpengaruh, dewasa, tegas, gak gampang menyerah, optimis, cerdas.. Cuma kamu itu keras kepala."

 

Dan saya kembali ketawa geleng-geleng di bagian terakhir. Seriusan lho, saya bener-bener ga nyangka kalau senior saya itu bilang saya keras kepala. Soalnya saya sendiri ga ngeh, di sebelah mananya? Saya tanya keras kepala di belah mananya, si teteh bilang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

 

"Astagfirullah, aku ga sadar lho teh, fuji mah bilangnya aku keukeuhan."

 

"Hehehehe... Itu sih pandangan aku ya say... Iyaaa keras kepla teh keukeuhan..sama ajj ("¬_¬)"

 

Saya pun menanyakan negatif apa lagi yg ada di diri saya.

 

"Intinya mah.. Km bertanggung jawab dan bisa diandalkan.. Dan yg terpenting kriteria pemimpin ada da Minda.. Oiya, Minda orangnya canggung..."

 

Nah, yg terakhir itu saya setuju! Saya emang suka karagok sama orang-orang baru atau lingkungan baru. Ditambah kalau lagi not in the good mood. Wah ancur itu, pasti selesainya ngerasa berdosa. Huahaha. Beda cerita kalau saya lagi in the good mood, bisa lah diatur.

 

Bisa dibuktikan dan pasti ada juga beberapa orang yg ngeh dengan sikap canggung saya itu. "Kamu mah cicingeun ih Indah!" Ucap salah satu idola saya ketika launching novelnya.

"Indah Jaim," panggilan dari salah seorang teman yg kenal dari perkumpulan pecinta salah satu radio kondang Bandung.

Dan masih ada beberapa yg lainnya.

 

Semoga saya bisa merubah sikap canggung saya ini, dan semoga saya ga suka males ngomong lagi kalau udah ga ada topik. Amin

 

Yang terakhir, saya meminta pendapat dari sahabat saya sendiri dan menanyakan perihal keras kepala tersebut. Si sahabat saya ini justru melakukan pembelaan, "bukan keras kepala, tapi teguh pendirian. Jeleknya kamu teh dari kbiasaan ajh sih. Kalo kamunya dibawa rusuh sok segala lupa kamu ma, kunci motor ketinggalan, teledor orangnya. Aslinya beh, belom nemu yg ngegemesin dari kamu mah."

 

Wah kalo itu juga saya tau. Huahaha

 

Setelah dipikir-pikir, dulu emang saya ini keras kepala. Ga mau tau, itu tuh harus jadi A. Kalau bukan A, ya udah saya ga mau. Titik. Tapi semenjak kuliah saya bener-bener ga sadar akan kekeras-kepalaan saya ini. Jadi maaf-maaf deh ya, para korban kekeras-kepalaan saya. Hehe

 

Dan yg saya rasa, saya ini sangat goyah. Saya bingung kenapa senior dan teman-teman saya bisa menyimpulkan saya kekeuhan, teguh pendirian, dan ga gampang terpengaruh.

 

Coba deh, intropeksi diri sendiri dengan cara seperti ini, dengan syarat harus bisa menerima kenyataan negatif yg ada di diri kamu dari yg akan orang katakan. Jujur sih, ini membuat saya lega, berbunga-bunga,terharu, dan ga berhenti senyum-senyum ga jelas gara-gara si negatif itu. Rencananya, kalau mood saya lagi oke, saya akan melanjutkan bertanya ke teman yg lainnya  :)

Saturday, July 23, 2011

Amanah

Kira-kira setahun yang lalu di Bulan July, saya (kabur) meninggalkan Bandung untuk liburan di Medan. Kegiatan inti setiap harinya dalam seminggu adalah bersenang-senang, kuliner, belanja, pergi ke tempat wisata. Dan unforgettable moment-nya waktu di Danau Toba, tapi saya ga bakal nulisin tentang Danau Toba juga sekarang.

H-2 sebelum saya pulang, saya mengunjungi kediaman Datuak Zainul, seorang kakek yang dari jaman kecilnya udah dianggap adik kandung kakek saya. Mereka sodaraan jauh. Dan orang tua Datuak Zainul neninggal ketika jama perang dulu. Dan karna kakek saya satu-satunya orang yang care terhadap Datuak Zainul, maka oleh kakek saya Datuak Zainul ini diajak tinggal bersamanya.

Sempat terjadi diskusi luar biasa ketika setahun yang lalu itu. Seingat saya tentang ‘Mengingat Tuhan,’ ‘3M (Memilih, Melihat, Memutuskan),’ ‘Meminta izin Kepada Tuhan,’ dan ‘Amanah.’

Apa itu Amanah?

Jujur dan terpercaya.

Bagaimana cara menjadi orang yang amanah?

Berkata sesuai kenyataan, sesuai yang kamu dengar, sesuai yang kamu lihat. Kalau kamu tidak mendengar perkataannya secara langsung, jangan katakan lagi. Kalau kamu tidak melihatnya secara langsung, tidak perlu diumbar-umbar. Jangan sekali-kali kamu mengatakan apa yang tidak kamu dengar dan kamu lihat.

 

Yang saya pikirkan ketika itu adalah kasus yang saya alami ketika jaman SMA, karena kebetulan taun lalu saya baru lulus SMA. Saya ngomong A ke seseorang, dan ternyata menyebar, dan yang saya tangkap terakhir, omongan saya itu berubah menjadi Z. Great! Dan saya hanya bisa geleng-geleng kepala sambil senyum miris aja, kecewa.

Saya menceritakan kejadian tersebut kepada Datuak Zainul, dan beliau hanya tersenyum.

Begitulah orang-orang yang tidak amanah. Mereka tidak mendengar dan melihat secara langsung, kemudian menyimpulkan tidak sesuai dengan kenyataan. Dari mulut C, bisa saja apa yang dikatakannya sudah berbeda dengan mulut B, begitu pun seterusnya.......-

 

Yah, seperti itulah inti yang saya ingat. Jujur saya sendiri hampir saja melupakan hal ini, dan sering sekali tidak amanah. Alhamdulillah saya diingatkan oleh Tuhan beberapa waktu yang lalu, ketika saya sedang sttres-stresnya dengan jabatan baru serta tuntutannya. Saya menemukan teman yang perkataannya ngawur dan sepertinya ga perlu juga lah ya, saya ceritakan selengkapnya seperti apa.

Dari kejadian tersebut, saya teringat diskusi hangat bersama Datuak Zainul di Medan dulu. Dan dari zanalah, saya menyanyangi kakek yang satu ini seperti saya menyayangi kakek saya sendiri. Jujur, pertemuan pertama kami adalah setahun yang lalu itu, beberapa hari sebelum terjadi percakapan hebat tersebut.

Di sini saya bukannya sok-sok-an religius. Tapi jika kita mengaplikasikan sikap amanah ini, saya yakin insyaallah kita bisa menjadi orang yang jujur dan terpercaya. Dan semoga saya bisa mengaplikasikannya lagi. Bismillah...

Monday, July 18, 2011

:'(

kesel sekesel-keselnya. nyesel senyesel-nyeselnya.
kenapa saya harus kuliah di kandang macan sih? heuheu...

Thursday, July 14, 2011

Salah

Aku tahu ini salah.

Asal berbicara di depan orang banyak, tanpa memperhatikan dan mengetahui apa isi pembicaraan yang baru saja aku katakan. Semua orang terpana, dan berdecak kagum, dan bertepuk tangan. Musibah bagiku.

Hampir semua hal tampak lebih menjadi rumit dan berat, berbeda dengan apa yang ada di kepalaku sebelumnya. Bahkan telah beberapa kali pun aku nyaris kehilangan kesadaran. Sadar dengan kemapuan inderaku, dan sadar bahwa aku bukan lah aku yang dulu.

 

Resiko. Konsekuensi. Hasil.

 

Mari kita tunggu hingga satu tahun kedepan.

Sunday, July 10, 2011

Sangat Tau Kenapa

Ah sedih nih, hasrat senang menulis yang ada di diri saya udah berkurang, ga kaya jaman SMP akhir dan SMA. Lulus dari SMA, kayanya udah males juga saya nyampah disini, atau di kertas binder yang biasanya saya corat-coret dengan tulisan penting-ga-penting.

Setelah dipikir-pikir, tulisan-tulisan yang saya mulai dengan kalimat "Ga tau kenapa blablabla.....," sebenarnya saya tau si kenapa itu. Sangat tau kenapa. Hanya saja mungkin saya ga bisa menuliskan si kenapa-nya itu disini.

Dan sangat tau kenapa, saya jadi jarang nulis disini.
Sangat tau kenapa, saya jadi males nulis disini.
Sangat tau kenapa, saya merasa ga tenang saat ini.
Sangat tau kenapa, pikiran saya terasa berat saat ini.
Sangat tau kenapa, saya mulai takut untuk.... eemmm...., merasakan sesuatu yang ga bisa saya tulis disini juga.
Dan jangan tanya saya, kenapa.

Di atas sangat tau hal-hal tersebut, saya banyak tidak mengertinya. Saya tau, tapi ga ngerti. Belom kali ya.

Dulu, menulis itu adalah jiwa saya. Tiap mengalami hal apapun yang menurut saya ga biasa atau mungkin sangat biasa, pasti saya tuliskan di buku diary atau jurnal online pribadi saya. Saya agak kagum sebenarnya, pada orang-orang yang mengisi jurnal online pribadinya dengan hal-hal yang berbau ilmiah, bukan seperti saya ini. Tapi saya justru tertariknya pada membaca tulisan-tulisan teman-teman yang berbau curhat, sama seperti jurnal online pribadi milik saya. Mungkin ada kepuasan atau kelegaan tersendiri ya, kalau memposting yang berbau ilmiah.

Saya sempat mencoba menuliskan sesuatu yang ada bau ilmiahnya sedikit, di blog saya yang catatancalonbidan.multiply.com, dengan memposting hal-hal yang berkaitan dengan program pendidikan yang saya emban. Tapi kayanya tetep aja saya banyak curhatnya disana. Huahaha...

Dan tampaknya tulisan disini udah sangat ga nyambung ya. Tapi saya senang, karna setidaknya saya mau dan bisa menulis disini. Ah, bahkan sangat banyak yang ingin saya tuliskan. Dan emm, mungkin sangat tau kenapa, saya ga bisa menuliskannya. Ga perlu dituliskan juga tepatnya.

Udah ah, besok saya UAS dan saya minta doanya untuk kelancaran UAS-nya agar saya ga kena remed dan ga ikut-ikutan SP. Amiiiiiiin...

Saturday, June 18, 2011

Bismillahirrohmanirrohim...

Hai.

Saya ga percaya kalau bulan depan saya akan resmi menjabat sebagai ketua HIMABID. Sejujurnya saya ga ngerti juga kenapa saya dapat vote terbanyak kemarin. Beneran.

Yang paling parah, saya lupa dengan apa yang telah saya katakan ketika sedang berorasi di depan teman-teman.

Dan saya juga agak nervous karena akan memegang kunci ruang HIMA untuk setahun kedepan. 

Mohon doanya saja lah, semoga besok-besok-besok dan besok selama setahun kedepan saya akan tetap baik-baik saja, atau bahkan lebih baik malah. Amin. :)

Friday, June 10, 2011

Saman

Beberapa tahun yang lalu, ketika SMA, ada seorang teman yang biasa dipanggil Ajeng Sapi, menyebarkan fitnah bahwa saya adalah ketua OSIS SMA saya. Saya sih ngakak ya, wong cuma Ketua Kelas doang ko. Huahaha. Kemudian saya mengklarifikasi, kalau saya ini bukan Ketos, hanya KM. Kemudian si temen saya itu bilang yg intinya, saya SMA bukan ketua OSIS, tapi nanti pas kuliah jadi Ketua HIMA.

Dan jeng jeng jeng jeeeeeeeeeeeeeeeeeng, saya ga nyangka aja  jadi 4 kandidat calon Ketua Himabid 2011-2012. Entah deh ya, omongan si temen saya itu ko bisa aja sampai sana. Dan saya pun ga ngerti juga kenapa saya dicalonin.

Oke, yang penting acara pertama sebagai anggota HIMA baru, berhasil saya emban dengan agak baik dan hasil yang sangat memuaskan. Dengan sangat mendadak, Kebidanan kampus saya disuruh ngisi acara tarian daerah gitu di acaranya Kebidanan Unpad. Yang jelas, alhamdulillahnya pengorbanan dan perjuangan kita ga sia-sia :)

Sunday, June 5, 2011

Terekam Tak Pernah Mati

Sadar ga sih, kalau jurnal atau diary online itu punya dampak bikin bibir mengembang? Emm bukan dower ya, maksudnya senyum gitu. hehe

Iya, ga bosen-bosen nih ya, saya minimal beberapa bulan sekali membaca tulisan-tulisan yang ada di 2 blog pribadi saya. Yang satu di freshlyface, blog dari jaman kelas 3 SMP. Dan yang satunya lagi ya yg disini, dimulai sekitar kelas 1 SMA akhir.

Lucu aja. Sebenernya sama aja sih, sama buku diary. Tapi kalau udah ditulis di media online, kesan pribadinya ilang. Saya cendrung lebih seneng kalau yang bacanya bukan temen deket atau bahkan orang yg ga kenal ya. Soalnya pengalaman, ketika saya menyuruh sahabat saya bikin account di multiply, kemudian dia membaca tulisan-tulisan saya yg mana isinya ga saya ceritain sama dia, euh udah deh habis disepet di sekolah.

Agak sedih sih, sekarang saya udah jarang, bahkan males nulis disini. Bukannya apa-apa, tapi kalau gaya bahasa yang saya gunakan masih lugu seperti di blog yang lama kan, lucu juga. Saya harus sadar umur juga. Padahal dulu biasanya saya bela-belain tiap hari ke warnet biar bisa nulis apa yang saya alamin hari ini di sekolah. Konyol ya. hahaha

Alasan lainnya, mungkin karna jadwal kampus saya yang padat, yang mana saya masih belum bisa menerima kepadatan jadwalnya sehingga sayanya juga bermasalah dalam ngatur waktu. Kuliah saya berasa kaya anak sekolahan, masuk jam 7, bedanya pulang jam 6. Untungnya itu semester 1 aja. Kalau sekarang, semester 2, paling lama pulang jam 5 sore. Tapi karna banyak tugas yang deadlinenya sehari, yoweis pulang malem. Nah, kalau udah pulang malem gitu, mau ngapain lagi selain mandi-makan-tidur?

Begitulah.

Tapi semoga ya, saya tetep sering nulis disini, minimal seminggu sekali, biar ceritanya 'Semua Terekam Tak Pernah Mati.'

Aaaaah engga! Sekarang kayanya saya agak gengsi untuk menuliskan kejadian yang agak gimana-gimana. Jadi tunggu aja saya galau. Ah gatau juga deng. Liat aja tulisan kedepannya.

Dan tau ga, awalnya saya mau bernostalgia disini dengan mengingat kenangan-kenangan yang udah tidak terekam oleh otak saya. Tapi berkat baca blog lama, saya jadi inget lagi. Nah yang sangat saya harapkan dari sering menulis (apapun), saya bisa mengenang si kejadian itu di masa depan, dengan muka malu atau ketawa puas gara-gara baca tulisan jaman dulu. Yah, itulah.

Tuesday, May 31, 2011

Nervous ga penting

Hei ternyata otak gue masih jalan! Alhamdulillah. Mau nulis ga penting sih, sebenernya. Saking ga pentingnya, saya udah males untuk nulisinnya.

Intinya otak saya masih jalan, saya masih bisa mikir, dan saya bersyukur akan itu.

Ga sih, sebenernya saya galau aja. Saya berasa lagi dikerjain sama senior. Dan ini agak ga banget juga. Bukan senioritas-senioritasan gitu sih ya, ga dalam konteks itu dikerjainnya. Tapi kayanya sedang diuji. Hayah, GR sekali gueh.

Apapun itu, semoga Jumat ini baik-baik aja. Soalnya semenjak praktek di RS, banyak banget kuliah-kuliah yg keteteran dan itu ga saya banget! Oke, bukannya sok-sokkan rajin ya, tapi berlaga selayaknya orang rajin itu bisa mensugesti kita untuk menjadi rajin lho. 

Udah ah, makin ngelantur. Saya lagi nervous, dan tingkatan nervousnya udah ke pengen muntah!

Thursday, May 26, 2011

Hei My Dearest Big Bro! I Miss You, Really :)

Sebelumnya aku mau minta maaf ya, karna ga pernah mampir ke tempat Kaka lagi semenjak Lebaran Kurban, padahal aku sering ngelewat tempat Kaka. Kangen deh, beneran :)

 

Tadi, waktu ngelewat tempat Kaka, ga tau kenapa aku bilang ke temen yang 'sakti' kalau sekarang Kakak tinggal disitu. Dan waktu udah di rumah, ko ini temen mulai menganeh ya, berasa ada sesuatu?

 

Pas ngeliat ada si Abang, temen aku itu ngiri pingin punya Kakak cowo. Dan emang dasar punya bakat keceplosan yang hebat juga, dia bilang, "Kakak kamu yg paling gede juga gpp ko Beh, aku bawa ke rumah."

Lho, berarti udah ketemu dong, kalian?

 

Waktu lagi duduk di sofa, dia berasa lagi ngobrol sama orang alam sana, dan tiba-tiba senyum sendirian! Dia yang awalnya duduk di sebelah aku banget, malah ngejauh dan kaya yang mempersilahkan orang dari dunia sana untuk duduk. Ngeri dong aku Kak. Huahaha

 

Temen aku itu bilang, "coba rasakan."

"Rasakan apa?"

"Ya rasain aja."

 

Nah dari situ, ga tau kenapa aku kepikiran kalau tadi itu ada Kakak. Tapi, please deh itu temen, nyeremin! Abis senyum-senyum ga jelas dan aku tanya ga ada apa-apa, dia tiba-tiba diem, matanya kosong, dan aku ganggu dia ga ngewaro aku. Hmmm ini pasti lagi ngobrol sama yang dari 'sana.' Udah tau banget lah. Hihi..

 

Nah pas aku tanya lagi, "ada apa? Jangan becanda!" Dan sedikit aku usir biar dia pulang gara-gara nyeremin, dia malah senyum-senyum lagi. Ya udah lah ya, keseraman tadi itu kepotong gara-gara ada pasiennya.

 

Tapi tetep sih, itu temen menganeh lagi dan ngoprek-ngoprek kamar-kamar di ruang depan. Ya udah lah ya, rejeki punya temen gitu. Hehe :D

 

Nah, pas aku tanya lagi tadi ada apa, dia bilang ntar aja ceritanya kalau dia udah pulang. Kalau diliat dari pengalaman yang udah-udah, ini mah pasti ada hubungan ga jauh dari keluarga. Jadi aku yakin kalau Kakak ada di rumah.

 

Waktu dia udah pulang, aku SMS: 'Jar ada si Kakak?'

Temen: 'Ko tau?'

Tuh kan bener, ada Kakak di rumah.

 

Agak terharu sih, Kakak mau dateng ke rumah, nemenin aku sama Abang yang di rumah cuma berdua. Mama lagi pelatihan pemasangan IUD di Sukabumi, lha papa lagi sibuk thesis di Depok, mahasiswa UI ceritanya.

 

Banyak banget yang pengen aku bagi ke Kakak, tapi ya gimana? Aku liat Kakak aja ga bisa, bisa ngerasain ada Kakak juga cuma sugesti doang. Tapi beneran deh, pengen ngobrol banyak.

 

Kata temen aku itu, pas kita lagi duduk di sofa dan dia kaya yang mempersilahkan siapa duduk, nah itu Kakak dan Kakak ngebelai-belai kepala aku. Makanya dia bilang, "rasakan."

Ah andai bisa ngerasain beneran, atau ngeliat deh, oh atau cuma bisa ngobrol juga udah seneng banget akunya.

 

Kata temen aku itu ya Kak, caranya ngerasain Kakak itu dengan nginget muka Kakak kaya apa. Dan tau apa? Yang ada kalau aku nginget semuanya yg ada di diri Kakak, cirambay dong aku. Dan sempet nangis juga tadi. Hehe

 

Tadi juga mama nelepon dan aku bilang ada Kakak di rumah. Mama tiba-tiba beda nada suaranya, dan langsung nyuruh aku yasinan, mumpung malam jumat juga katanya. Udah aku kirim ya kak, barusan :D

 

Dan tau ga Kak, tadi kata temen aku itu, ada anak kecil yg nebeng di motor aku dari deket pos polisi yg deket Polban.. Huahaha..

 

Udahan ah. Dateng ke mimpi ya Kak, peluk aku lagi kaya waktu Kakak dateng di mimpi jaman awal kuliah. Kakak pake baju putih Kakak itu, dateng nyamperin aku yang lagi galau, kemudian Kakak peluk dan aku nangis sambil bilang kangen.

 

Ntar kalau ada kesempatan aku nengok ke tempat Kakak deh, paling lambat ntar sekitar tanggal 21-23 Juni. Jadi inget, tanggal 21 Juni 2006, waktu kakak ulang tahun yg ke 20, Kakak ga mau dikadoin apa-apa, bahkan ngundang temen-temen ke rumah buat makan-makan pun ga mau, takut ngerepotin Mama. Kakak cuma minta kita ngaji bareng, Yasinan bareng, biar Kakak cepet sembuh, dan ternyata tanggal 23nya Kakak pergi dari raga Kakak....

 

Udah ah, jadi nangis lagi nih aku. Tetep sih ya, doa aku dari dulu: semoga Kakak diberi tempat yg layak dan nyaman disana sama Allah. Amin.

 

*Alfatihah.

Sunday, May 22, 2011

P2

Nyaris saja aku melakukan hal bodoh itu, setelah menerima telepon dari Tika, sahabatku yang mengabarkan bahwa Sandy telah mendahuluiku malakukannya. Ternyata dia sama bodohnya denganku, dan malangnya lagi, karena dia yang melakukannya duluan, ia menghilangkan hasratku untuk menyusulnya ke alam sana.

Aku tahu bahwa bunuh diri merupakan tindakan bodoh dan tidak akan diampuni Tuhan, tapi ketika kamu terpikirkan untuk melakukannya, apakah kamu sadar bahwa itu merupakan tindakan yang bodoh? Apakah kamu sadar bahwa Tuhan sangat membenci tindakan tersebut? Jelaslah bahwa mengetahui dan menyadari itu beda. Dalam hal ini, seseorang tentu mengetahuinya, sekaligus tidak menyadarinya.

Entah apakah aku harus bersyukur atas kematian Sandy sehingga aku bisa berdiri di sini–di pemakamannya, dalam keadaan hidup, atau sedih atas kematian Sandy dan gagalnya rencanaku mengakhiri hidup. Yang jelas aku merasa bersalah padanya. Ini tidak perlu terjadi jika aku tidak terlibat masalah dengannya. Ini tidak akan terjadi jika sedari awal aku tidak dekat dengannya.

Dengan pakaian serba hitam beserta pasmina, aku menutupi diriku. Tak lupa kacamata hitam kugunakan agar mata bengkakku tidak begitu terlihat. Aku, beserta kerumunan orang yang menghadiri proses pemakaman ini, masih belum menerima kepergiannya. Tapi tunggu, ada sesosok lelaki yang mengarahkan pandangan tajamnya padaku, dari seberang sana.

Dia, seseorang yang harus bertanggung jawab atas kematian Sandy. 

Dia, yang membuat Sandy bunuh diri. 

Dia, yang membuatku nyaris bunuh diri.

Wednesday, April 13, 2011

Mr. C

Hei, lama ya ga ketemu.
Walaupun dari sejak itu kita belum bertemu lagi, dengan sangat mewatirkan, aku kembali menangis. Bukan karena kamu, tapi karena kisah kita. Sudah kuyakinkan berkali-kali pada diriku sendiri, bahwa kita udah bener-bener 'udah', ya tamat. Tapi kenyataan berkata lain. Entah sebuah karma yang masih bersambung atau tidak, aku tak tahu.

Semuanya berawal di April. Ya, April berdarah. Terbaca seram memang, setelah aku menuliskan 'April berdarah,' padahal darahnya hanya sedikit: (mungkin) setetes darah yang cukup untuk mengecek golongan darah entah di atas kertas apa itu namanya.

Sudah 3 tahun. Untungnya kini tidak terasa dalam lagi.

Aku beerkata padanya, berlandaskan pada apa yang pernah kukatakan padamu. Sayangnya dia tidak mendengarkan, melainkan bernasib sama denganku. Ko bisa ya?
Ga tau.

Satu permintaanku padamu: apabila dulu kamu pernah nyumpahin aku yang engga-engga, tolong cabut ya. Kita udah mati juga kan? Nah, jadi kumohon untuk menjadi bukan siapa-siapa seutuhnya, baik kamu maupun aku.

April 2011, Be Nice ya :)

Eh udah April lagi ya.
Iya, tau ko, telat nulisnya, April udah tanggal berapa aja ya.

Kalau inget April-April yang lalu, cengennya saya kambuh. Bulan April adalah bulannya saya, semenjak hampir 19 tahun yang lalu. Aaaaaaaaah, aku udah dewasa dini ya? Dewasa dini ko masih cengeng gini ya? Eh belom deng, hampir masuk dewasa dini tepatnya.

Jaman-jaman TK-SD, saya ga begitu inget bulan Aprilnya. Yang jelas bulan itu saya berulang tahun, mengundang teman-teman dekat makan di rumah atau di mana, atau bawa kue ke sekolah buat dimakan bareng-bareng. Itu aja sih yang saya inget.

Kelas 1 SMP, perayaan hari jadi saya biasa aja, digampar-gampar dan sejenisnya.

Kelas 2 SMP, perayaan hari jadi saya dimulai dengan kabar yang bikin mata saya bengkak, kakak saya yang paling gede divonis punya kelainan jantung. Saya inget banget, waktu itu saya ngerayain ulang tahun di 3 tempat. Pertama di Sari Bundo Gerlong lanjut di Rumah sakit, tepatnya di kamar kakak saya diopname. Disana kita masih becanda-becanda tapi saya ga bisa banget nutupin rasa ingin nangis. Hahaha. Tapi saya ga nangis dong, hanya berkaca-kaca aja. Perayaan ke-3 makan-makan di Mangakisha Setiabudhi, basecamp genggong saya waktu jaman itu. Eh iya, dan Juni 2006, 2 hari setelah kakak saya yang paling gede itu ulang tahun, dia dipanggil sama Allah dan ga balik-balik lagi. Semoga Kaka selalu dikasih tempat terbaik sama Allah ya :')

Kelas 3 SMP, perayaan ulang tahun saya ga gimana-gimana juga, cuma dikerjain sama Bu Ratna, guru matematika saya. Saat itu adalah detik-detik menjelang UN SMP, jadi sayanya juga ga begitu peduli ya. Hahaha

Naaaaah, kalau jaman SMA, bulan April itu lebih ke momen-momen pentingnya selain ke hari jadi sayanya. Dan bisa dibaca juga ya, di tulisan-tulisan saya dari kelas 1 SMA disini. Intinya:
Kelas 1 SMA: Penuh kesenang-senangan bego. Maaf ya, yg berasa gue begoin :p
Kelas 2 SMA: Karma itu ada, karena ngebegoin orang (dan hal lainnya).
Kelas 3 SMA: Mendapat hidayah dan pelajaran yang penting, tentang ilmu ilklas dan beberapa ilmu lainnya.
Hmmm..., saya baru ngeh lho by the way, kalau jaman SMA itu mirip kaya 'step' gitu. Seneng-seneng bego. karma, hidayah. Dan di 2 April terakhir, saya banyak nangisnya. Yah, biasalah ya, Ababil. Padahal jelas jaman itu saya masuk ke tahapan remaja akhir. Jadi ababil dari mana coba? Sudah lah, abaikan.

Sekarang udah H-6 menjelang hari jadinya Minda Habibah nih, dan tahun pertama di jaman kuliah. Jujur saya ga begitu tertarik ketika memasuki bulan ini. Hanya sekedar, "Oh, sekarang udah April ya?"
Dan saya sedih, karna umur saya nambah 1 lagi. Artinya nanti orang tua saya juga makin tua. huhu...

Sebagai anak bungsu yang bener-bener diketekin mama terus, saya ga sanggup menuju proses dewasa. Terkesan menyeramkan untuk pisah sama orang tua (oke, mungkin masih beberapa taun lagi hingga ada yang mengakhiri masa lajang saya. Aaaa getek! Hahaha). Ternyata pelajaran Psikologi yang saya dapatkan itu bener ya, kalau dewasa dini itu mulai banyak memikirkan ini-itunya. Saya ngerasa jahat aja gitu, sama orang tua saya kalau pisah dari mereka. Anak cuma 2 lagi, saya sama si Abang. Nanti sepi dong, Mama sama Papa?

Yayaya, namanya juga hidup. Oke, jadi harapan saya di umur 19 tahun ntar, saya ingin bisa nerima siklus kehidupan. Simpel sih kalau hanya sekedar ditulis atau diomongin doang, tapi saya harap saya bisa nerima keadaan yang mana saya telah menginjak tahap dewasa dini. Saya ingin ada perubahan dari diri saya pribadi. Jelas lah ya, ngapain juga ngarepin orang lain berubah kalau diri sendiri aja masih sama buruknya kaya orang lain. Begitulah kira-kira harapan saya secara umumnya. Khususnya entar aja ya, nyusul. Hehe

Ga kepikiran lho, sebelumnya kalau saya bakal nulis ini. Awalnya saya ingin menulis tentang Risa Saraswati dan beberapa teman yang mistis, pelajaran yang saya dapat di bulan ini, sampai ke mengatakan siap menjadi calon ketua HIMA hari minggu kemarin. Calon ya, gue mah ngarepnya jadi wakil doang. Hahaha. Malah tulisan di atas sebenernya ingin saya tulis di awal menginjak bulan April. Tapi ada daya, saya ga begitu seneng ngeblog di Multiply kalau langsung dari PC atau Laptop, kecuali jam lewat tengah malem atau subuh-subuh atau via mobile. 

Tahun ini dan tahun-tahun berikutnya, saya tidak akan berharap lebih dari orang lain. Cukup dari diri saya dulu harapannya muncul, sehingga saya bisa menjadi harapan orang banyak mengingat seperti apa mulianya profesi saya setelah saya lulus kuliah 2,5 tahun lagi. Amin :)


*Eh aku jadi KM lagi lho! Jadi ga apa dong, kalau pake tags 'curhatan km!' Hihi... :p

Saturday, March 19, 2011

Supermoon dan Bandung di goyang gempa

Sekitar jam setengah 12 malam barusan kalau ga salah kejadiannya. Saya yang masih asik tiduran di atas kasur sambil main game Pokemon (jangan bilang ini game lawas!), iseng aja ngegoyangin kaki. Jadi kan berasa ada getaran gitu tuh.

Nah, yg saya heran, ko getarannya kuat ya, berasa bukan kasur aja yg goyang?

Saya pun sebagai anak muda masa kini langsung buka twitter. Asalnya mau ngestatus, "ada gempa ya?"
Batal, soalnya ga ada satupun di timeline saya yg heboh, dan @infoBMKG pun ga nongol. Jadilah saya menulis, "Astagfirullah, semoga cuma perasaan." Ada yg ngira saya 'ngeliat'. Hahaha

Beberapa menit kemudian, muncullah temen saya ngestatus, "Emang ada gempa ya? Ko ga kerasa?"
Hmmm berarti saya emang sensitif sama gempa. Beberapa bulan yg lalu pun begitu, orang-orang banyak yg ga ngerasa, sedangkan saya merasakannya!

Dan ternyataaaa, bener aja ada gempa, 3,9 SR dengan kedalaman 18km dan sumbernya ada di 48km Barat daya Bandung. AAAAAAAA kenapa harus ada patahan selain di Lembang sih? Huhu...

Kalau saya sih, mikirnya ini ada pengaruhnya juga sama si Supermoon itu. Saya pernah baca beberapa bulan yg lalu, ketika Bandung juga ikut merasakan gempa yg kalau ga salah sumbernya dari Tasik. Nah katanya, gerhana bulan (kebetulan saat itu malamnya memang ada gerhana bulan) itu mempengaruhi medan magnet bumi atau gaya-gayaan apaaaa gitu, saya lupa. Jadi inti bumi itu mengalami pergolakan dan ada tekanan gitu. Entah lah ya, sumber pastinya silahkan googling aja. Intinya, gerhana bulan ngaruh sama gempa.

Supermoon sendiri merupakan kondisi dimana bulan akan terlihat sangat besar dari bumi, karena jaraknya yg sangat dekat dengan bumi. Entah, berapa kilometer itu, saya lupa. Dan kata temen saya, puncaknya itu untuk di Indonesia tanggal 20 besok sekitar jam 2.10.

Naaaaah sekarang, Supermoon?
Kata NASA sih, Supermoon ini SAMA SEKALI ga ngaruh sama bencana-bencana alam. Gempa dan tsunami yg ada di Jepang jangan dikait-kaitkan dengan bencana yg ditimbulkan karena datangnya Supermoon.

Tapi kan, masa dengan jarak bumi dan bulan yg katanya paling deket selama 18 tahun terakhir ini, ga ngaruh apa-apa juga sama bumi? Kalau ga salah, jarak Bumi-Bulan itu 3 kalinya jari-jari bumi. R Bulan = 3R Bumi. Dan rumus yg paling saya ingat adalah Gaya sama dengan Gravitasi dikali Masa dibagi jarii-jari kuadrat. *apasih

Ya entah lah juga lah ya, ilmu dan pengetahuan saya masih sangat sangat sangat jauh di bawah orang-orang NASA itu. Mungkin aja itu pengaruh yg lain, atau apalah. Tapi saya bakal lebih seneng kalau ternyata supermoon itu ternyata ngaruh ke bencana. Eemm maaf, ga berarti harus ada bencana lagi juga sih ya. Hehe

Dan setelah saya ngetweet tentang Supermoon, gempa, dan yg ada hubungannya, teman-teman saya langsung aja nge-BM pada nanyain.

Oh iya, sekitar setaun yg lalu juga saya pernah baca, tepat di bawah Boscha (Lembang) itu (sekitarnya juga lah ya), ada patahan/lempengan yg menyimpan energi besar. Dan kalau terjadi gempa, kekuatannya bakal sangat besar, diatas 7 koma SR lah.

Trus juga di Cimahi kata temen kakak saya ada patahan baru juga. Oh iya, yg saya heranin, tadi baca di timeline ada yg bilang sumbernya di Majalaya. Emangnya Majalaya ada di Barat Daya Bandung ya? Bukannya Majalaya itu yg mau ke arah Tasik? Berarti Timur kan? Saya ga tau sih, soalnya belom pernah kesana. Tapi dugaan saya, sumbernya ada di arah selatan Cimahi atau Soreang kesanalah.

Ya udah deh, dari pada mikir yg macem-macem, mending lanjutin main Pokemon. Dan ga lupa, banyak berdoa juga, semoga ini hanya teguran dari Illahi, biar yg tadinya banyak yg 'nyimpang', jadi diturunin kadar nyimpangnya. Agak ga sabar sih, pengen malem mingguan sama si Supermoon, tapi kita liat aja besok gimana.

Kalau saya masih SMA, pasti langsung saya tanya ke pembimbing Astromoni saya jaman itu. Sayangnya juga orang tua saya ga ngedukung saya kuliah ngambil astro, jadi aja saya udah ga menekuni astro. Huhu
*beberapa cerita saya detik2 menjelang olimpiade astro se-Bandung Raya juga ada di awal-awal blog ini lahir. Dulu saya cuma bisa masuk 8 besar, dan gagal ke tingkat provinsi. Tapi saya cukup seneng ko, karena pada saat itu banyak sekali hal-hal yg tidak terduga. Hahaha

Friday, March 18, 2011

Finally, I know the truth :)

Saya merasa sangat berterimakasih kepada seorang teman, yg sudah saya anggap sebagai kakak saya sendiri, soalnya dia sangat memperlakukan saya sebagai adiknya sih. Hehehe

Iya, intinya kalau emosi di bales pake emosi, ga bakal berenti-berenti tuh capeknya. Mending pake otak, paling juga pegel-pegel kepala buat mikir.

Tapi bandingin deh, enakan pegel hati atau pegel kepala? Oh oke, dua-duanya emang ga enak ya, tapi jarang-jarang juga kita terlepas dari keduanya.

Saya hanya mau bilang, otak anda ada dimana? Kasian tuh sama hatinya, capeeee...

Dan pacar saya ganteng lho. *apasih :p

Friday, March 4, 2011

70% Logika, 30% Perasaan

Saya agak tepok jidat waktu baca status BBM mantannya sahabat saya: "Pacaran itu 70% logika dan 30% perasaan.'
Pantesaaaaaaan ganti-ganti cewe mulu.

Tapi kalau diambil positifnya, bener juga. Bahkan menurut saya, bukan dalam hal pacaran saja, tapi dalam kebanyakan hal, logika itu nomer 1.

Saya masih belom mendapatkan penjelasan dari pemikiran saya dari si kedikitannya. Halah!

Dan menurut saya, orang yg banyak bermain logika itu orang yg cerdas.
Mereka bisa mengendalikan perasaan.
Mereka bisa mengatasi atau setidaknya mengurangi masalah hati.
Mereka pasti bisa berlapang dada.
Mereka pasti tidak akan mengedepankan emosinya ketika baru saja tersentil.
Mereka pasti banyak menggunakan otak untuk berpikir, membandingkan resiko dan keuntungan dari sisi negatif maupun sisi positif.
Dan tentunya mereka berpikir panjang, melihat dari setiap sudut.

Orang-orang seperti mereka lah yg menurut saya keren!

Dan karena membaca status BBM temen saya yg sebenernya kurang saya suka karna kurang ajar sama sahabat saya, saya jadi mikir, bener juga. Hati saya juga jadi enakan. Hahaha

Tapi dalam urusan cinta sih, bagusnya balance aja antara logika dan hati. Kalau engga, parah-parahnya kaya mantan saya yg 'mengakhiri dengan darah' karna saya putusin.
Engga ko, ga bunuh diri atau apapun itu. ;)

Sunday, February 6, 2011

Krisis Percaya

Jadi gini ya ceritanya, saya terkesan kalah karna mereka lebih dekat dengan dia, dibandingkan saya. Haha, lucu ya. Emang dasar sayanya aja yg kurang, emm..., ga agresif

Beneran deh, ini pertama kalinya saya nemuin cowo yg bener-bener ngeribetin hidupnya dengan terus ngikutin hidup saya. Saya tau itu karna i did it too. Oke, ga beda jauh sih ya, tapi kaaaaaan....?? Hah.

Oke, tanggung ya mas kalo anda curhat sama semua orang dan nanya-nanya sambil cari-cari info tentang saya yang ngomongin anda sama temen anda itu. Dan saya sudah muak mendengar apa yang saya ucapkan pada orang yg saya kira bisa dipercaya, terdengar lagi dari anda. Mendingan saya bilang sendiri sama anda, disini.

Saya tau, saya yang memulai. Minta tolong lewat message fb, saya berterimakasih, ketemuan karna punya kesamaan, anda nyebarin gosip tentang kita sok-sokkan bikin skandal, saya nolak baik-baik, anda ga ngerti apa yang saya jelasin, anda makin menjadi, anda curhatin tentang saya sama banyak orang, saya ga ngerespon anda lagi, anda tetap menjadi, anda nge-add temen-temen saya di fb yg sering menghiasi wall saya, sampai-sampai mutualnya lebih dari 120, saya block fb anda karna privasi saya terganggu, anda bilang saya ngeblock fb anda dan meng-unfollow twitter anda, saya pun ngeblock twitter anda, anda ngirim sms yg terbaca marah karna kedua account anda mungkin udah ga berfungsi untuk menjelajahi dunia saya kemudian bilang berjanji tidak akan mengganggu saya lagi, saya ga ngerespon, anda tiba-tiba minta maaf, saya ga respon,

Tuesday, January 11, 2011

Poor Me

Hei, kamu datang lagi. Padahal aku tidak pernah memintamu datang, sejak saat itu.

Aku sedang berlibur di sebuah pantai indah, perpaduan antara Dream Land dan Tanah Lot. Keren  bukan, tempat kita bertemu?

Aku bersama 2 temanku yang juga bebuyutanmu, tidak menduga akan kehadiranmu. Kamu ikut berfoto bersama, dan entah mengapa aku mengambil banyak sekali fotomu dan mereka, tanpa ada foto kita bersama. Tawa kita rasakan bersama di bawah biru bergradasi jingga.

Kamu, dengan semua keunikan yang kamu punya, ternyata belum berakhir. Aku sangat menyesal akan hal ini, karena ternyata kamu masih membuatku menuliskanmu disini, di saat aku benar-benar bosan menulis.

Orang bilang, mimpi ada untuk jadi nyata, kalau diwujudkan.

Monday, January 10, 2011

dan penutup status di twitter dan BBM saya adalah; Jangan ngerepotin orang lain dengan ngerepotin diri sendiri. Please deh nona, bukannya ga mau direpotin, tapi otaknya dipake ga siiiiiiiih? zzz...

ga jelas di awal tahun

Sialan!

Stress, tegang, dan ingin muntah gueee! Bahkan nulis pun sekarang udah bukan obat yang efektif, karena sebelumnya saya mencoba mengetik apa yang saya rasakan, malah terbaca membuat saya nambah ingin muntah dan segera mendelete tulisan barusan. Ah gila, rasa capek dan ngantuk saya ilang gara-gara ini dan jantung saya ga enaaaaaaaak... dada saya juga sakit. Astagfirullah... L

Monday, January 3, 2011

2011, Dukun, Orang pintar

Jaman sekarang ternyata dunia perdukunan masih ada.Malah semenjak saya kuliah, saya lebih sering lagi mendengar tentang perdukunan atau orang-orang sakti, selepas beberapa teman dekat saya yg mengakui bahwa mereka punya kelebihan.

Kemarin, seorang sahabat saya yg ada di luar kota memberi kabar bahwa dia didukunin, dan baru kediteksi pas paginya. Dan tau siapa yg ngedukuninnya? Cowo ganteng yg berekonomi lebih dari cukup, sayangnya beda agama. Saya pun berpikir, pantes aja seumur-umur saya mulai deket sama sahabat saya ini hingga beberapa bulan yg lalu, dia selalu ga bisa untuk ga ngomongin ini cowo. Dan mungkin karena ilmunya 'mental', maka larinya ke jerawat. Karna sobat saya yg ini dari segi fisik almost perfect, maka ini adalah ketiga kalinya ia didukunin, itu pun yg ketauan. HELL-OOOO...?! Tahun berapa sekarang?

Nah, semenjak kuliah juga saya mulai menemukan teman-teman yg sakti, mungkin karna baru terspesialisasi juga kali ya, bakatnya. Tadi, ada seorang teman yg berkomentar tentang sebuah iklan yg saya lupa lagi. Jadi di iklan tersebut, ada manusia kerdil yg nyangkut di kaki seorang lelaki dan bikin si lelaki tsb keberatan. "Gua mah parno da, liat iklan itu. Brasa yg kmaren nyangkut di kaki gua pas jatuh dari tangga itu."
Dan pikiran saya berkata, oh, bisa juga ini anak. Itu artinya 3 temen deket saya yg sekarang ini, semuanya berpotensi. Tapi baru 1 sih yg udah jagonya. Kalo yg dikakinya ada yg nyangkut ini, mungkin karena orang tuanya suka ke orang pintar dan terdengar berbakat, maka saya pun harus berhati-hati.

Saya jadi parno sendiri dengan lingkungan baru, yg mana teman-teman baru saya 70 persen berasal dari pedalaman, yg mana masih banyak perdukunan transparan. Di kota aja masih kedenger, apalagi di kampung? Dan ini mengingatkan saya agar lebih berhati-hati lagi dalam perilaku dan ucapan. Terlebih kelas saya isinya cewe semua gitu, masalah kecil bisa dahsyat karna jarang ada yg bisa netral. Hah nasib.

Beberapa hari yg lalu sekitar jam 7 beres nonton di BTC, teman dekat saya yg 'paling jago' berkata di parkiran motor sebelum pulang, "tenang aja Beh, udah aku suruh nemenin buat jagain kamu ko." Kebetulan saya pulang sendirian di motor, dan beda arah juga dengan 2 teman yg lain termasuk si sakti ini.

"Eh gila... Hahaha...!" saya sih percaya ga percaya. Dijagain syukur, ya kalo engga juga bismillah dan tetep hati-hati juga.

Dan tadi pagi, ketika kita ketemu lagi, temen saya yg sakti nanya, "Beh, pas pulang nonton kamu aman?"

Ngeeeek... Jelas saya shock ngedenger pertanyaannya. Yg terpintas di pikiran saya, ada yg 'nebeng' di motor, ga kepikiran saya makhluk suruhan temen saya. "Aman ko, kenapa gitu?"

"Kata yg nemenin kamu, katanya banyak yg ngetrack kamu!"

"Oh, itu beneran 'nemenin'?" tanya saya yg masih kaget.

"Iya, katanya banyak yg ngetrack-in kamu!"

Saya kemudian mikir, kayanya bukan ngetrack-in juga sih ya. Gara-gara sayanya aja yg jalan santai soalnya udah malem. Dan emang ada beberapa titik menyeramkan kalo malem, salah satunya jalan depan hotel Permata dan jalanan sekitar Polban.

Didekatkan dengan orang-orang berbakat itu agak menyeramkan sih. Tapi asalkan kitanya baik-baik aja sama mereka, justru mereka pun akan baik pada kita. Sahabat sakti saya di jaman SMA pernah bilang, "aku mah mau temenan deketnya sama orang-orang baik aja!" Artinya itu sebuah penghargaan buat saya. Dan si sobat ini juga lah yg bilang, "biarin atuh bagus, rejeki tau!" ketika saya menceritakan menemukan teman sepertinya. Alhamdulillah :)