Friday, August 12, 2011

Mari Menulis!

Saya pernah baca di suatu buku. Inti yang saya tangkep sih, menulislah ketika kamu sedang ingin menulis, di manapun itu, baik tempat maupun media menulisnya, sebelum kamu lupa apa yang akan kamu tulis.

Setuju sih, makanya sering banget ada tulisan-tulisan, “sebenernya banyak banget yang ingin diceritain, tapi blablablabla...”

Jujur saya memang suka menulis. Dan pernah saya bikin tulisan abal-abal jaman SMP sebanyak 200-sekian lembar kertas binder dalam waktu 3 bulan. Walaupun emang tulisannya benar-benar abal, tapi saya cukup puas tertawa membacanya, dan bangga juga. Dapet inspirasi dari mana sih? Huahaha

Lha, sekarang?

Saya juga bingung kenapa si inspirasinya ga dateng-dateng. Jaman SMP itu, saya merasa bahwa menulis tulisan yang panjang itu lebih menyenangkan dibandingkan menulis tulisan pendek semacam cerpen gitu. Tapi ketika akhir SMP - awal SMA, iseng saya bikin tulisan pendek abal-abal, yang isinya yah, sedikit curcol juga.

Ketika SMA, guru Bahasa Indonesia saya mengusulkan saya ikut lomba cerpen. Awalnya susah, begitu mengetahui persyaratannya harus berapa spasi lah, jenis huruf apalah, ukuran berapa lah, jumlah karakter, dan lainnya. Susah karena saya kalau cerita lewat tulisan (biasa lah, namanya juga curcol :D), saya suka terlalu mendetail. Sama ketika saya bercerita langsung melalui SMS, BBM, atau media-media berupa tulisan yang lainnya. Bisa dibandingkan sih, sedetail apa cerita saya ketika melalui tulisan atau ngobrol langsung. Eh tapi engga juga deng, di saat itu benar-benar ingin diceritakan, saya yang keseringan to the point, kadang juga ceritanya tetep panjang. Haha

Itu juga lah yang menyebabkan saya dulu nyaris ngambil PMDK buat masuk Sastra UPI, dan saya juga suka pelajaran Bahasa Indonesia. Maka dari itu lah jangan heran kalau saya suka protes kalau ada tulisan-tulisan aneh tidak sesuai dengan EYD dan lain-lainnya, terlebih di tulisan formal.

Kalau dari segi minat dan bakat, kayanya saya nyasar juga kuliah di tempat saya kuliah sekarang. Soalnya saya udah tau kerjaan saya di masa depan itu kaya apa, tinggal liat mama aja. Cukup padat sih, dan menyeramkan dulu mikirnya. Saya cocoknya jadi orang belakang, bukan orang depan. Kalau pun bukan jadi sastrawan atau apalah itu, saya lebih senang menjadi ilmuan, profesor, atau peneliti-peneliti gitu, (tetep) bukan seperti kuliah yang saya ambil sekarang.

Wah melenceng nih. Mungkin postingan ini hanya kalkulasi dari beberapa hal yang ingin saya tuliskan, makanya ga nyambung juga :D

Eh tapi jujur lho, saya merasakan manfaat menulis itu apa. Ketika saya sudah sangat jarang atau malas menulis, sepertinya tidak ada juga yang bisa ditumpahkan dari otak ini untuk dikembangkan lagi, kemudian dirangkai melalui kata-kata yang enak dibaca. Dan dengan menulis disini, saya sering ngerasa jadi lega juga, walaupun saya tidak bercerita unek-unek kepada teman-teman saya. Kalau jaman SMA, bisa jadi Pandaminnank, si journal online saya ini, lebih banyak tau tentang diri saya, dibandingkan para orang-orang terdekat.

Dan Manfaat yang paling penting itu adalah mengabadikan setiap kejadian yang kita alami. Tetep, dalam rangka terekam tak pernah mati. Ini juga hiburan lho. Ketika suatu saat di masa depan kamu merasa jenuh kemudian berselayar di dunia maya dan menemukan link ke blog/tulisan kamu yang lama, kamu pasti akan tertawa-tertawa malu, miris, terharu, bahkkan terbahak-bahak.

 

Btw ini lagu Teh Risa Saraswati sangat cocok untuk menemani menulis ;)

No comments:

Post a Comment