Tuesday, January 6, 2009

Jumat, 23 Juni 2006

Ga kuat saya, ketika harus ikut melayat ke tempat kerabat Papa yang meninggal yang rumahnya di sekitar Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Jakarta. Rasa sedih saya dan keluarga menjadi 2 kali lipat. Sedih karena kerabat Papa meninggal, dan sedih karena teringat almarhum kaka saya yang meninggal sebelum dioperasi di RS Harapan Kita. Dan untuk yang pertama kalinya, orang tua saya menceritakan kejadian yang belum mereka ceritakan kepada saya.

Jujur saja, saya sangat tidak suka ketika orang tua saya menceritakan kejadian 23 Juni 2006 atau kejadian 40 hari sebelum kaka meninggal, yang katanya, biasanya 40 hari sebelum orang meninggal suka keliatan tanda-tandanya. Kaka saya sendiri juga memberikan tanda-tandanya sebelum dia pergi.

Pertama, selama sakit yang hanya 2 bulan, kaka ga pernah tidur rebahan di kasur. Dia pasti tidur dengan cara duduk di kusri kemudian menidurkan kepalanya ke kasur. Tiap kali disuruh tidur yg normal, dia nolak ga mau.

Kedua, ketika ia menonton TV, ia duduk di atas meja, bukan di kursi. Mama yang kebetulan ngelewat langsung negur dan nyuruh dia supaya ga duduk di meja. Mama pun meninggalkannya menonton TV sendirian, dan ketika mama balik lagi, kaka lagi-lagi asik nonton TV sambil duduk di atas meja.

Ketiga, ketika ia memaksa pergi beli makanan sendirian ke Alfamart Ciwaruga memakai motor padahal ia masih sakit. Mama dan Papa menawarkan diri untuk menemani, tapi dia tetep ga mau ditemenin. Dan akhirnya dia pergi sendirian. Semenjak kejadian ini, mama sama papa udah punya firasat jelek.

Keempat, Kaka yang sebelumnya ga pernah saya liat makan tomat yang masih bulat, seminggu sebelum dia pergi dia dengan santainya masuk ke dapur, buka kulkas kemudian mengambil tomat merah yang segar. Dia pun pamer sama saya, “coba deh ndah, enak lho!” kata dia sambil menawarkan tomat yang sudah ia gigit.

Kelima, ketika dia berulang tahun ke 20 tepat pada tanggal 21 Juni, 2 hari sebelum dia pergi. Mama menawarkan kaka untuk merayakan ulang tahunnya dengan mengundang temen-temen kampusnya ke rumah dan acara makan-makan di rumah. Tapi kaka nolak. Dia minta keluarganya ngaji bareng dan berdoa supaya dia sembuh. Saya sangat ingat, hari itu rabu malam dan kaka juga ikut mengaji Yasin bareng keluarga. Kaka juga seneng karena temen-temen kampusnya datang ke rumah membawakan makanan untuknya.

Suka tiba-tiba.. ehmm.. pengen nangis kalo keinget dia. Walaupun dulu suka berantem sama dia, yah, tapi kan berantem-berantem sayang kalo antara kaka adik. Keingetan dulu pas kita kompakan musuhin si abang gara-gara kita ngerasa didiskriminasi sama orang tua. Hihi.. maklumlah, kaka anak paling gede, abang anak ke dua, dan saya anak bungsu cewe satu-satunya. Dan gara-gara si abang anak tengah itulah kita ngerasa mama pilih kasih sama dia. Padahal enggak ko, itu mah kitanya aja yg lebay, masih bocah sih. Malah kayanya saya yg paling dimanja mah. :P

Udah ah, Semoga kaka nyaman disana. Amien.

2 comments:

  1. Semoga kaka na indah tenang di sisi-Nya yach ...
    Tabahin hati ...
    Datang dan pergi adalah proses.
    Semoga keluarga yang ditinggalkan mendapat ketabahan dan keikhlasan ...Aminnn

    ReplyDelete