Wednesday, October 15, 2008

Mama…! Stop!

Saya tidak pernah bisa tidak menangis ketika mama atau papa selesai menceritakan tentang kejadian sebelum almarhum kakak saya pergi pada tamu atau kerabat yang datang ke rumah, seperti yang baru saja terjadi.

Hati dan mata saya cukup panas, dan selalu berusaha menahan tangis dengan mengedip-ngedipkan mata. dan setelah masuk kamar, hancurlah semuanya..

Kaka pergi di umur 20 tahun, 2 hari setelah ia berulang tahun, 2 tahun yang lalu. kaka mengalami kelainan di katup jantungnya, dan itu baru saja diketahui 2 bulan sebelum dia pergi. ketika kakamasih kecil, kaka pernah diperiksa dokter kemudian menjalani check up, dan ternyata dia tidak mempunyai kelainan di jantungnya, tapi bermasalah dengan paru-parunya.

sehari sebelum dia pergi, katanya kakak terkena anfal di kamar mandi ketika buang air besar di pagi hari. saat itu saya baru saja berangkat sekolah. Papa langsung membawa kaka ke rumah sakit. hal yang sangat mengecewakan dari dokter yg memeriksa keadaan kaka  adalah ketika ia berkata di depan kaka  saya, “anak bapak ini udah hampir MATI! seharusnya cepet-cepet dibawa kesini”

2 rumah sakit berbeda dan 2 hal yang serupa terjadi pada kakak. sebelumnya di RSHS yg entah bagaimana ceritanya, saya sudah lupa dan yg ke dua tadi di Rajawali.

karena temen Mama yang seorang dokter memiliki Om spesialis Jantung di RS Harapan Kita Jakarta, yang katanya sudah berhasil menangani pasien-pasiennya, maka malamnya kaka dibawa ke sana. sempet terharu, temen-temennya dan tetangga-tetangga di komplek dulu banyak yg dateng ke rumah sebelum kaka dibawa ke Jakarta. ada lelucon yg ia buat sebelum pergi ke Jakarta:

“Ma, emang kaka harus ikut ke Jakarta juga ya, ga bisa jantungnya aja?” katanya sambil senyum.

spontan orang-orang yang ada dirumah ketawa.

besok subuhnya, saya terbangun karena sempat memimpikan kaka. di mimpi, gigi saya copot tepat di depan kaka ketika saya baru pulang sekolah. kata teman-teman saya, apabila kita mimpi gigi copot maka kita akan kehilangan orang yang kita sayangi. saya langsung takut dan sempat menangis di kelas, takut kemungkin terburuk akan menimpa keluarga saya. saat itu hari terakhir UAS.

ketika perjalanan pulang di angkot, saya kembali teringat pada kaka, dan hampir aja saya kembali menangis.

sampai di depan rumah, halaman depan rumah udah penuh dengan mobil dan motor-motor. saya kira keluarga saya akan mengadakan pengajian agar kaka saya yang akan di operasi di Jakarta bisa berjalan lancar. tapi ternyata tidak. kaka saya telah pergi dan saya tidak menyadari adanya bendera kuning di depan rumah.

warga komplek yg dulu hampir semuanya dateng ke rumah, termasuk sahabat-sahabat saya. teman-teman kampusnya juga dateng.

malemnya, Papa nyeritain kejadian sebelum kaka saya pergi.

kaka masuk UGD jam 2.30 pagi. dokter belum ada, jadi yg memeriksa kaka hanyalah suster-suster yg lagi piket. sejak saat itu hingga sebelum dia koma, kaka ga mau tidur rebahan di kasur. katanya kalo tidurnya gitu suka sesek nafas. jadi kaka duduk di kursi dan menidurkan kepalanya di kasur. kalau tidak salah 3 kali kaka buang air besar. hingga akhirnya sekitar jam 7, ketika kaka akan memasuki ruang operasi, kaka disuruh suster untuk berbaring di kasur. kaka nolak, dan papa juga minta supaya kaka ga usah rebahan di kasur.

akhirnya kaka mau juga rebahan di kasur. tiba-tiba dia bilang, ‘’aduh,” dan setelah itu sekujur badannya membiru..

papa panik, langsung manggil suster. kebetulan dokter yang bakal mengoperasi kaka baru datang, jadi dokter langsung berusaha untuk menyelamatkan kaka. 40 menit koma, dan akhirnya pergi juga..

jumat, 23 juni 2006.

*) dasar kau suster tidak berperasaan!

dokter bilang, kayaknya kaka emang udah siap pergi. buktinya kaka buang air besar terus dan ketika jenazahnya dimandikan, sudah tidak ada kotoran yang menempel di tubuhnya.

 2 bulan setelah itu, saya kembali harus  menerima kenyataan yang buruk. ternyata mama juga terkena kelainan jantung sama seperti kaka, yg sempet bikin saya nangis bombay sampai mata saya bengkak dan membuat teman-teman di kelas bertanya-tanya. tapi Alhamdulillah, sampai sekarang mama baik-baik aja, palingan cuma awal mama ketauan punya kelainan itu yang bikin saya was-was. biasanya kalau mama kecapean, detak nadinya suka tidak normal. setiap mama bilang detak nadinya kadang tiba-tiba berhenti, saya hanya diam saja, tidak komentar apa-apa karena saya takut.

itulah alasan terbesar saya yg sulit saya jelaskan kepada teman-teman saya kenapa saya ingin menjadi dokter spesialis jantung. semua itu buat almarhum kaka saya, mama, dan semua orang yang mempunyai kelainan pada jantungnya. saya tidak ingin hal yang sama terjadi pada orang lain, dan tidak ingin  membuat pasien yg sudah sakit tambah sakit lagi..

 

*) aduh kakak.. maaf yak, adikmu yg cengeng dari dulu ini nangis lagi! semoga kakak nyaman disana.. :D

13 comments:

  1. hiks..sedih bacanya. yang sabar dan semangat yaaaa :)). salam kenal,btw :)

    ReplyDelete
  2. Cup..cup..cup..
    Jangan nangis lg,ndah..
    Kan ada ajeung..*naon ari ajeung?*

    ReplyDelete
  3. salam knal juga neng tamie.. :p

    thanks ya..

    ReplyDelete
  4. trus kalo ada ajeung mo ngapain??

    sedih sih jenk, kalo ingetnya..

    ReplyDelete
  5. kehilangan orang yang kita sayang memang berat..
    tapi jangan patah semangat.

    keep moving forward.. :)


    ReplyDelete
  6. aduuhh saaalll...
    iyalah..

    taulah, gimana dulu ndah waktu itu..
    mana si sagita gila itu lagi mengila lah, dengan sikapnya yg gila..

    kadang suka mikir,"lagi apa ya, dia disana?"

    ReplyDelete