Thursday, November 6, 2008

yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin..

Ibu Surti merupakan Ibu dari tiga orang anak. Satu perempuan dan dua laki-laki. Saat kami menemuinya, Ibu berusia 37 tahun ini sedang menyusui anaknya yang paling kecil yang bernama Surtono, berusia 18 bulan dan di sampingnya, anak kedua Ibu Surti yang bernama Ahmad berusia  3 tahun sedang tidur terlelap beralaskan trotoar. Sedangkan Yani, anak Ibu Surti yang paling besar berusia 6 tahun sedang menemani Ibu Surti meminta-minta.

Bu Surti telah empat tahun mengemis di Jalan Purnawarman, tepatnya di depan Bandung Electronic Center (BEC) atau di sebrang Gramedia. Alasan utama Bu Surti mengemis adalah karena Ia  memiliki anak banyak sedangkan suaminya telah pergi meninggalkannya. Bu Surti sebelumnya pernah berusaha untuk mencari pekerjaan, tapi tidak ada yang mau menerimanya dan ia juga memikirkan bagaimana nasib anaknya apabila ia tidak disamping mereka. Karena tidak ada pilihan, Bu Surti akhirnya memilih menjadi pengemis dan meminta-minta. Dan menurut Bu Surti, lebih baik mengemis dari pada mencuri barang atau uang milik orang lain.

Penghasilan Bu Surti yang per harinya  sekitar Rp15.000,00- sampai dengan Rp20.000,00- biasanya digunakan untuk membayar kontrakan dan kehidupan sehari-harinya. Sebenarnya uang sebesar itu belum cukup membiayai kehidupan sehari-harinya. Tapi apa boleh buat.

Apabila dilihat dari fisik Bu surti, ia terlihat masih bertenaga dan masih bisa untuk bekerja yang lebih baik lagi. Seperti yang dikatakan sebelumnya, Bu Surti masih memikirkan nasib ketiga anaknya yang masih kecil-kecil, sehingga ia tidak mau bekerja lebih keras lagi. Atau mungkin saja Ibu Surti merasa enggan dan malas untuk bekerja. Pernah, ada orang yang berkata kepada Bu Surti, “Kamu masih muda, tapi malah ngemis. Kaya ga ada kerjaan lain.”

Ibu yang berasal dari Jawa ini merasa bahwa Pemerintah tidak berlaku adil pada rakyat-rakyat yang senasib dengannya. Yang kaya nambah kaya, dan yang miskin nambah miskin. Ia juga tidak mendapatkan BLT (Bantuan Langsung Tunai) dari pemerintah. Padahal, orang yang tidak mampu seperti Bu Surti ini sudah sepatutnya mendapatkan bantuan tersebut.

Bu Surti bekerja sebagai seorang pengemis hanya sendirian, tidak berkelompok seperti pengemis yang lainnya. Tapi, Yanni, anak sulung Bu Surti yang sekarang sedang duduk di bangku kelas 1 suatu Sekolah Dasar gratis di Bandung selalu membatu Ibunya setelah Ia pulang sekolah. Mereka tidak pernah di palak oleh preman-preman lainnya. Dan terkadang, yang jadi permasalahan adalah para Satpol PP (Satuan Polisi Pamong Praja) yang sering mengadakan razia Gepeng (gembel dan pengemis). Biasanya, ketika diadakan razia, mereka hanya menyumput di tempat yang tersembunyi dan tertutup agar tidak ketahuan oleh Satpol PP.

Bu Surti kini bertempat tinggal di daerah Sukajadi dan membiayai kontrakan rumahnya sebesar Rp2000,00- per harinya. Dan Yanni, sering di perlakukan tidak baik oleh teman-temannya. Walaupun begitu, Yanni mesih memiliki teman-teman yang baik padanya.

Bayangkan, bagaimana kehidupan Bu Surti dan ketiga anaknya yang sangat tidak berkecukupan dengan kehidupan kita yang serba berlebihan. Mereka membutuhkan kerja keras untuk membiayai kehidupannya, sedangkan kita, kita hanya mengharapkan uang dari orang tua tanpa ada kerja keras. Mungkin bagi kita, uang sebesar Rp15.000,00- masih belum cukup untuk uang saku sehari-hari. Tapi bagi orang seperti Bu Surti itu sangatlah berarti. Minimal kita memakai uang Rp15.000,00- per harinya, sedangkan Bu Surti memakainya untuk membiayai dirinya ditambah keempat anaknya.

No comments:

Post a Comment