Wednesday, December 23, 2009

I'm your best friend but you're not

Akhir-akhir ini saya sering ngedown. Ada seseorang yg berkata pada saya bahkan mempublikasikannya pada teman-teman lainnya, bahwa saya adalah salah satu teman terbaiknya, dia beruntung memiliki saya, dan dia sering mengucapkan banyak terimakasih pada saya karna apa yg udah saya korban dan lalukan untuk dia. Dia menganggap saya sahabat.

Itu di sisi dia.

Di sisi saya, saya tidak merasa bahwa dia adalah salah satu teman terbaik saya, saya kurang beruntung memiliki dia, dan saya sangat jarang mengucapkan terimakasih padanya (bukannya ga tau diri, tapi memang kenyataannya dia jarang melakukan sesuatu yg membuat saya berterimakasih). Saya merasa dia bukan sahabat saya.

Oke, banyak bukti-bukti konkretnya mengapa saya menyimpulkan seperti itu. Dia tidak berlaku seperti seorang teman baik. Ketika saya sedang galau atau sedih, dia ga pernah menanyakan kabar saya, dan lebih terfokus pada masalahnya. Dan kasus yg terbaru adalah kemarin, dia bingung memilih pulang bareng sahabatnya yg udah 6 tahun bersama dan jarang ketemu, atau pulang dengan sang pacar yg baru 3 taun bersama, beberapa bulan pacaran dan setiap hari ketemu. Lucu sekali.

Saya ada di posisi dia, walaupun bingung, saya tidak akan menceritakan padanya bahwa pacar saya ngajak pulang bareng, dan tetap memilih dia, ga peduli pacar saya akan marah. Karna selama ini pacar-pacar saya di dahulu kala mengerti.

Lucunya lagi, dia awalnya ga bilang ke saya langsung, tapi lewat sahabat yg lain.
"Ndah, (anggep namanya Cau) katanya mau pulang bareng sama (anggep nama pacarnya Tape), tapi bingung," kata sahabat saya yg berbeda arah pulang.

Saya langsung melirik Cau, dan dia langsung menggandeng tangan saya dengan muka entah minta maaf atau memohon.

"Ya udah, gpp.." balas saya.
"Bohong ah, Ndah marah ya?"
"Iya, marah." ucap saya becanda tapi kesel.
"Tuh kan marah."
"Engga lah, becanda. Nanti Tape lagi yg marah kalo ga bareng dia."
"Jadi gimana dong?"
"Ya terserah"

Walaupun dia akhirnya pulang sama saya, saya tetap kecewa.
Dia pun menunjukan isi sms pacarnya, 'ya udah gpp, kasian ndahnya kalo sendirian..'

Agak heran juga sama dia. Saya merasa dia berubah.

Dan hal terkonyol adalah malamnya, disaat kesenangan saya berubah menjadi kesedihan dan menangis sejadi-jadinya, dia tidak memberikan solusi, hanya bilang: 'sabar ya Ndah.. '
Malah teman2 yg lain yg mensupport saya dengan solusi terbaik mereka. Dan beberapa dari mereka adalah orang yg statusnya bukan siapa-siapanya saya.

No comments:

Post a Comment