Sunday, May 16, 2010

Hari Darah

Ternyata langkah ini tak sanggup menghindari hari esok, terlebih di kota ini. Terlalu banyak memori yg tergali disini, bersama kamu.

Rasa yg berhasil terkubur kembali muncul, hanya karna 16 Mei terbaca mata, menusuk relung.

Aku masih sangat ingat warna yg ada kertas itu. Dua kertas berbeda. Sebuah ucapan selamat jadi awalnya, flashback jadi akhirnya.

Merah kehitaman, agak pekat. Darah kamu.

Di awal dan akhir itu, kamu membuatku teriris, dan kamu tersenyum penuh emosi, dengan tajam matamu.


Lelah hati ini menanti, kamu belum terganti, kamu sangatlah berarti. Dulu.

Selamat hari puncak emosimu. Semoga ga main darah lagi ya, apalagi karna si (calon) psikopat itu.

No comments:

Post a Comment